TATA CARA Penulisan
Karya ilmiah
By: NUR ARQOM EKA FATRIA
Secara
harfiah, menulis berarti menuangkan pikiran/gagasan/fakta dalam bentuk tulis.
Kegiatan menulis mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. lebih mengenali
kemampuan dan potensi diri
b. dapat
mengembangkan berbagai gagasan
c. dapat banyak
menyerap, mencari, serta menguasai
7.1
Penentuan
Topik, Tema, dan Judul Karya Ilmiah
Istilah
topik dan tema sering dikacaukan. Karena itu, kedua istilah ini perlu diberi
definisi yang jelas. Topik adalah medan , atau lapangan
masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu,
istilah tema diartikan sebagai
penyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Tema
sifatnya masih hipotetis – suatu pernyataan sementara, yang masih memerlukan
pembenaran atau penolakan dengan cara penelitian. Misalnya, ada pernyataan
‘Hidup pada abad ke dua puluh.’, pernyataan ini baru berupa topik. Pernyataan
ini akan dikembangkan menjadi pernyataan yang hipotetis sifatnya, misalnya
‘Hidup pada abad ke dua puluh banyak mendapatkan kerugian.’. Pernyataan ini
baru boleh dinamakan tema.[1]
Penulisan
karya ilmiah, seperti makalah penelitian, tesis, atau karya ilmiah lainnya,
menuntut beberapa persyaratan untuk dipenuhi. Persyaratan ini menyangkut isi,
bahasa, dan teknik penyajiannya. Karena itu, karya ilmiah, terutama yang cukup
panjang, perlu direncanakan dengan terlebih dahulu.
Tentu
saja anda tidak perlu bersusah-payah membuat perencanaan atau kerangka
karangan, jika anda hanya akan menulis surat
pribadi kepada teman atau menulis karangan pendek yang bahannya sudah siap di
kepala anda. Dalam hal seperti ini, kegiatan menulis merupakan satu kegiatan
tunggal, dan kerangka karangan cukup di dalam pikiran anda saja. Tetapi, jika
anda akan menyusun tesis atau makalah ilmiah (project paper, misalnya),
sebaiknya anda merencanakannya lebih dahulu.
Secara
teoretis, proses penulisan meliputi 3
tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ini tidak
berarti bahwa kegiatan-kegiatan penulisan itu kita lakukan secara
terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan
itu kita lakukan secara terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan anda membuat
persiapan-persiapan yang akan anda pergunakan pada tahap penulisan. Dengan kata
lain, anda merencanakan karangan anda.
Tahap
penulisan merupakan tahap ekspresi
dan pengembangan gagasan yang telah anda tuliskan dalam bentuk kerangka kerja.
Dengan menggunakan kalimat, ungkapan, frase, dan kata-kata, anda mengembangkan
gagasan itu ke dalam paragraf atau bab-bab. Dalam hal ini, perlu anda pilih
macam karangan apa yang paling sesuai dengan tujuan dan bahan anda: paparan,
argumentasi, atau persuasi. Pada tahap ini, hal yang sangat penting untuk anda
perhatikan ialah bagaimana anda dapat mengungkapkannya secara efektif,
logis/sistematik, dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tahap
terakhir dalam proses penulisan ialah revisi. Revisi ini pada prakteknya anda
lakukan juga pada tahap-tahap persiapan dan penulisan. Namun demikian, setelah
tulisan anda selesai, perlu anda lakukan suatu peninjauan kembali secara menyeluruh,
yaitu mengenai:
(1) Relevansi:
apakah seluruh tulisan sejalan dengan tujuan/tesis?
(2) Paragraf:
apakah sudah memenuhi semua persyaratan?
(3) Pilihlah
kata dan kalimat: apakah cukup baku ,
komunikatif, informatif, dan tidak menimbulkan salah paham?
(4) Teknik dan
sistematika penulisan: apakah sesuai dengan logika pernyataan maksud/tesis?
(5) Pungtuasi
dan ejaan: apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku?
Dalam
pelaksanaannya, ketiga tahap itu sering bertumpang tindih, sulit dipisahkan
secara jelas, terutama jika anda menulis suatu esai pendek. Anda baru akan
melalui tahap-tahap itu secara lebih teratur, bila anda menyusun suatu makalah
yang cukup panjang atau karangan yang terdiri dari beberapa bab.
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan.
Pada tahap ini anda menentukan apa yang akan anda tulis dan anda bahas.
Penentuan itu akan mengarahkan dan membatasi tulisan anda. Tahap ini meliputi
beberapa kegiatan yang akan diuraikan satu per satu.
Memilih topik berarti memilih apa yang
akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan anda. Topik itu dapat anda peroleh
dari berbagai sumber, yaitu: pengalaman, pengamatan, pendapat/penalaran, dan
khayalan. Topik-topik karya ilmiah, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan:
1) Ada manfaatnya untuk
perkembangan ilmu atau profesi anda
2) Cukup
menarik untuk dibahas
1) Anda
kenal dengan baik
2) Bahannya
dapat anda peroleh
3) Tidak
terlalu luas dan tidak terlalu sempit.[2]
Secara
teknis topik dibedakan menjadi topik umum dan topik khusus. Topik umum adalah pokok
pembicaraan yang sifatnya masih luas atau ide dasar.
Contohnya:
Bidang pengajaran bahasa
- membaca pemahaman
- proses belajar bahasa
- kebiasaan menulis
Bidang Pendidikan
- Program wajib belajar
- Pembaharuan kurikulum
- Pembinaan generasi muda
Mata kuliah
- Hasil-hasil perkuliahan
- Suka-duka belajar
- Matakuliah yang disukai
Pendapat pribadi
- Kritik atau saran pada sekolah,
lingkungan, pemerintah
- Kekaguman pada novel, film.
Peristiwa aktual
- Kebijakan pemerintah
- Keadaan luar negeri
- Perkembangan iptek
- Situasi dan kondisi daerah
- Gosip-gosip dalam kehidupan
sehari-hari
Kilasan biografi
- Ketauladanan nabi dan rasul
- Perjuangan pahlawan
- Kehidupan selebritis
- Orang-orang yang dikagumi[3]
Sedangkan
topik khusus adalah pokok pembicaraan
yang sifatnya luas tetapi terbatas. Topik khusus pada dasarnya adalah subtopik
dari topik umum.
Contohnya:
Bidang Pengajaran Bahasa
a. membaca pemahaman
1) langkah-langkah
pengajaran membaca pemahaman pada siswa SMP
2) strategi
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa STM
3) usaha
menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman pada siswa SMA
b. proses belajar bahasa
1) proses
belajar bahasa pertama pada anak kecil.
2) Proses
belajar bahasa kedua pada siswa SD
3) Proses
belajar bahasa menurut pandangan kaum behavioris.
c.
kebiasaan
menulis
1)
menumbuhkan kebiasaan menulis laporan
kegiatan pada siswa
2)
menumbuhkan kebiasaan menulis karangan
argumentatif pada siswa SMU
Bidang
Pendidikan
a. Program wajib belajar
1)
Sekolah kecil sebagai wadah pelaksanaan program
wajib belajar.
2)
Pendidikan penyetaraan SD dan SMP
sebagai salah satu realisasi pelaksanaan program wajib.
3)
Wajib belajar 9 tahun belum memadai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Pembaharuan kurikulum
1)
Pembaharuan kurikulum sebagai usaha untuk
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2)
Permasalahan yang muncul dalam
pembaharuan kurikulum sekolah.
3)
Penyesuaian buku acuan setiap
pembaharuan kurikulum
c.
Pembinaan
generasi muda
1)
Meningkatkan pembinaan generasi muda
melalui kursus ketrampilan perbengkelan
2)
Karang Taruna sebagai wahana pembinaan
generasi muda
3)
Kegiatan ekstrakurikuler sekolah sebagai
wahana pembinaan generasi muda.[4]
Dalam pelaksanaannya, topik yang
telah anda pilih itu anda nyatakan dalam suatu judul karangan. Samakah topik
dengan judul? Tidak. Topik adalah pokok pembicaraan, sedang judul ialah nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan.[5]
Pernyataannya mungkin sama, mungkin juga tidak. Judul karangan fiktif (rekaan)
kerapkali tidak menunjukkan topiknya. Roman Layar Terkembang misalnya,
tidak membicarakan layar dalam arti sebenarnya. Akan tetapi, judul karangan
ilmiah harus dipikirkan secara sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa
persyaratan, antara lain:
(1)
harus sesuai dengan topik/isi dan
jangkauannya
(2)
sebaiknya dinyatakan dalam frase bukan
kalimat
(3)
sesingkat mungkin
(4)
sejelas mungkin, tidak dinyatakan dalam
kata kiasan dan tidak mengandung kata bermakna ganda.
Judul berfungsi pula sebagai
slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai slogan promosi untuk
menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Judul yang baik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.[6]
a. Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan.
b. Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu
pembaca.
c. Singkat, mudah dipahaimi dan enteng diingat.
Secara umum, terdapat dua model
perumusan judul karangan. Pertama,
model judul untuk karangan popular. Karangan-karangan popular, seperti
artikel untuk Koran dan majalah, cenderung menggunakan judul-judul yang singkat
dan sangat provokatif. Bahasa yang digunakannya pun adalah bahasa-bahasa yang
diakrabi masyarakat pada umumnya.
Contoh:
1) Pemaaf Sumber Kebahagiaan
2) Cara Belajar Cepat dan Menyenangkan
3) Mukjizat Salat dan Doa
Kedua,
model judul
untuk karangan ilmiah. Jenis karangan seperti laporan penelitian, menghendaki
perumusan secara lengkap, yakni meliputi:
1) masalah yang diteliti, 4)
subjek penelitian, dan
2) ruang lingkup penelitian, 5)
metode penelitian.
3) tujuan penelitian,
Contoh:
|
Dari
judul di atas, dapat diketahui bahwa:
1) masalah yang diteliti : aktivitas
pergaulan dan prestasi belajar siswa
2) ruang lingkup penelitian : kecerdasan emosi dan intelektual siswa
3) tujuan
penelitian : mengetahui ada tidaknya hubungan antara
aktivitas pergaulan dengan prestasi belajar siswa
4) subjek penelitian :
siswa MA. Tribakti Kediri Tahun Pelajaran 2009/2012
5) metode penelitian : deskriptif
Panjang-pendeknya judul karangan sesungguhnya hanyalah
selera penulis. Ada
yang berpendapat bahwa judul itu Big is
the best dalam arti yang besar atau luas dianggap paling baik. Sebaliknya
ada yang mengatakan judul itu small is
beautiful dalam arti yang kecil atau rinci justru lebih indah.[7] Oleh
karena itu pemberian judul karangan diserahkan sepenuhnya kepada anda sebagai
penulis.
Contoh:
Judul Besar:
PEMBUDAYAAN
P4
GUNA
MENINGKATKAN DISIPLIN
NASIONAL
Judul Kecil:
PEMBUDAYAAN
P4
GUNA
MENINGKATKAN DISIPLIN
NASIONAL
(Melalui Keluarga,
Masyarakat,
dan Sekolah)
Hubungan
antara topik, tema, dan tujuan karangan dapat dicontohkan sebagai berikut.[8]
1. Topik : Faedah
memiliki sifat pemaaf
Tema : Sifat pemaaf dapat memberi kebahagiaan dalam pergaulan
hidup
Tujuan : a) Memberi tahu
pembaca bahwa sifat dendam dapat menimbulkan kegelisahan dan permusuhan
b) Sifat pemaaf dapat memberi
kebahagiaan batin dan kesuksesan dalam pergaulan
2. Topik : Pelajar
dan masa depan bangsa
Tema : Besarnya peranan
pelajar Indonesia
dalam menentukan maju-mundurnya perkembangan bangsanya.
Tujuan : Mempengaruhi,
menanamkan kesadaran kepada pelajar tentang pentingnya mereka dalam mempelajari
ilmu pengetahuan dan mempertebal moral sebagai bekal dalam membangun bangsanya.
7.2
Tujuan
Penulisan
Rumusan
tujuan penulisan adalah suatu gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan
mengarahkan anda dalam penulisan selanjutnya. Dengan menentukan penulisan, anda
tahu apa yang harus anda lakukan pada tahap penulisan, anda tahu bahan apa yang
harus anda lakukan pada tahap penulisan, anda tahu bahan apa yang anda
perlukan, organisasi karangan macam apa yang akan anda terapkan, dan mungkin
juga sudut pandangan yang anda pilih. Penentuan tujuan merupakan penentuan yang
pokok yang akan mengarahkan dan membatasi penentuan-penentuan khusus yang akan
anda lakukan selanjutnya. Kesadaran anda mengenai tujuan selama proses
penulisan, akan menjaga keutuhan tulisan anda.
Tujuan
penulisan dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan maksud, yang akan
mengembangkan gagasan secara tidak dominan.[9] Contoh
pernyataan maksud di bawah ini dengan jelas menunjukkan tujuan penulisan dan
membantu penulis mengembangkan karangannya.
Contoh
1) Tujuan
makalah ini ialah membahas perbedaan pandangan politik tokoh X dan Y mengenai
tindakan pemerintah Z terhadap para gerilyawan.
2) Dalam
makalah ini akan diuraikan bagaimana pujian dapat meningkatkan motivasi belajar
anak-anak SD.
3) Penulis
ingin mengemukakan peristiwa-peristiwa yang mendahului pecahnya Perang Diponegoro
4) Apa yang
menyebabkan kenakalan remaja pada umumnya? Penulis akan mengemukakan tiga hal
yang erat hubungannya dengan pendidikan keluarga
Pernyataan
maksud di atas tidak hanya mengungkapkan tujuan penulisan, melainkan juga
menunjukkan arah pengembangan karangan selanjutnya. Pernyataan itu sekaligus
mencakup struktur tulisan dan bahan yang diperlukan.
7.3
Jenis Tulisan
1.
Berdasarkan
Bentuknya
- Prosa, adalah jenis karangan
yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci. Prosa terbagi dalam dua
macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam
bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan. Contohnya: novel
dan cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan
sistematika ilmiah, dan aturan-aturan kelogisan. Contohnya: esey, laporan
penelitian, dan biografi.
- Puisi adalah karangan yang
mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.
- Drama adalah karangan yang
berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.
2.
Berdasarkan
Cara Penyajiannya
a. Karangan narasi, adalah karangan yang
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca
seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
b. Karangan deskripsi, adalah karangan yang
menggambarkan suatau objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah
melihat sendiri objek yang digambarkan itu
c. Karangan eksposisi, adalah karangan yang
memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat
informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta
untuk memperjelas pemaparan.
d. Karangan argumentasi, adalah karangan yang
bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran
itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.
e. Karangan persuasi, adalah karangan yang
bertujuan untuk mempengaruhi pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai
penunjang.
3.
Berdasarkan
Masalah yang Disajikannya
a. Karangan populer, adalah karangan yang membahas
masalah-masalah sehari-hari dengan menggunakan ragam bahasa yang biasa
digunakan masyarakat pada umumnya.
b. Karangan ilmiah, adalah karangan yang membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu. Ragam bahasa yang
digunakan bersifat teknis yang hanya dapat dipahami masyarakat tertentu.
c. Karangan ilmiah populer, adalah karangan yang membahas
masalah-masalah keilmuan dengan menggunakan ragam bahasa yang dipahami
masyarakat pada umumnya.
d. Surat , merupakan karangan yang
mengupas beragam persoalan dalam berbagai kepentingan. Pembacanya dinyatakan
secara khusus, tertentu.
e. Karangan sastra, adalah karangan yang berisi
cerita rekaan dengan bahasa, gaya ,
dan citra rasa yang indah. Cerita-cerita yang dinyatakannya lebih bersifat
individual.
4.
Jenis Laporan
Akademis
Laporan
adalah penyampaian informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari suatu
pihak kepada pihak lain. Seseorang yang ditugasi meneliti suatu persoalan harus
menyampaikan laporan mengenai hal yang esensi dari tugasnya agar pembaca (pihak
yang berwenang) dapat bertindak berkenaan dengan isi laporan. Laporan merupakan
jenis dokumen yang bentuknya bervariasi, maka agak sulit memberi batasan yang
jelas. Karena laporan berbentuk tulis, dapat dikatakan bahwa laporan merupakan jenis dokumen mengenai
suatu masalah yang telah dan tengah diteliti dalam bentuk fakta-fakta yang
diarahkan kepada tindakan yang akan diambil. Dalam hal ini laporan
menyangkut tiga hal, yaitu apa yang dilaporkan, siapa yang melaporkan, dan
kepada siapa laporan disampaikan sehingga laporan hendaknya bersifat
komunikatif, jelas, dan dapat mudah dipahami.
Agar
menjadi komunikatif, laporan hendaknya disusun secara logis, sistematis, dan dengan bahasa yang lugas. Laporan dikatakan logis apabila segala keterangan yang
disajikannya dapat diusut alasan-alasannya atau dasar-dasarnya yang masuk akal. Laporan dikatakan sistematis apabila segala keterangan
yang dikemukakan disusun dalam urutan
yang memperhatikan pertalian yang saling menunjang. Laporan dikatakan dalam
bahasa yang lugas apabila bahasa yang digunakan langsung menunjukkan
pokok persoalan, tidak berbunga-bunga atau bertele-tele.
Bentuk
laporan akademis menurut Minto Rahayu ada
9 jenis:[10]
a. Laporan
Lengkap
Laporan lengkap adalah hasil penelitian yang disampaikan
secara menyeluruh, mulai dari proses penelitian sampai pada teknik dan
pengalaman dalam melaksanakan penelitian. Tujuan pelaporan adalah menyampaikan
penemuan penelitian dengan komunikasi yang terinci sehingga masyarakat ilmiah
dapat memberikan makna pada data, menemukan validitas, serta menghayati
pentingnya kesimpulan yang ditarik.
b. Kertas
Kerja/Makalah
Laporan ini disebut juga work paper, report reading/book report adalah naskah semester yang
biasanya ditugaskan oleh dosen kepada mahasiswanya berkenaan dengan mata kuliah yang diajarkannya. Laporan biasanya
berupa hasil membaca buku atau hasil praktikum.
Biasanya tidak terlalu panjang karena hanya memuat satu masalah yang tidak
terlalu rumit, kira-kira 10 sampai 20 halaman
c. Laporan
Penelitian Lapangan
Laporan ini mempunyai prosedur formal dan material. Secara formal harus melalui penelitian yang
berpedoman pada metode riset, dan secara material harus menghasilkan data.
Data dan fakta yang diperoleh dalam penelitian ini harus dilaporkan secara
logis dan sistematis. Laporan ini mencakup pada bidang tertentu sesuai dengan
spesialisasi ilmu yang diikutinya. Laporan disusun agar mahasiswa mempunyai
keterampilan mengadakan pendekatan masalah secara konkret dan disiplin
pelaporan secara rasional.
d. Laporan
Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Laporan ini disebut juga dengan risalah ujian, karena
laporan ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat menempuh ujian kesarjanaan
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dan diploma. Skripsi untuk gelar sarjana
(S-1), tesis untuk gelar magister (S-2)
dan disertasi untuk gelar doctor (S-3). Skripsi dan tesis dapat berbentuk studi
pustaka dan lapangan sekaligus, bisa juga hanya studi pustaka. Penulisan
disertasi pada prinsipnya sama dengan skripsi dan tesis, hanya persoalan
disertasi lebih luas dan kesimpulannya mempunyai generalisasi dan implikasi
yang luas pula. Disertasi menuntut adanya penelitian lapangan dan data utama
yang bersumber dari pustaka, lapangan, dan laboratorium.
Risalah ujian untuk tingkat diploma sering dinamakan
laporan tugas akhir, yang pada dasarnya sama dengan skripsi tetapi lebih
mengarah pada kajian faktual, praktek kerja lapangan, atau pembuatan alat.
Dalam hal ini, laporan tugas akhir dapat berupa penelitian (studi kasus,
audit), merancang, dan rancang bangun.
e. Artikel
Ilmiah
Laporan berbentuk artikel merupakan pemadatan laporan
lengkap, biasanya diperlukan untuk dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah. Jumlah
halaman artikel disesuaikan dengan kondisi jurnal/majalah, biasanya tidak lebih
dari 12 halaman. Artikel ilmiah dimulai dengan abstrak (200 s.d. 300 kata) dan
dilanjutkan dengan hasil penelitian yang telah dipadatkan: mulai dari proses
penelitian sampai pada teknik, pelaksanaan, dan kesimpulan.
f.
Laporan Ringkas/Ilmiah Populer
Hasil penelitian yang berkenaan dengan kepentingan
masyarakat ditulis kembali dalam bahasa yang mudah dimengerti dan tidak terlalu
teknis (menggunakan bahasa populer). Laporan ringkas menyampaikan fakta,
implikasi, dan kesimpulan yang diarahkan pada temuan utama tanpa memasukkan
desain dan metode yang terlalu teknis. Laporan ringkas dibuat untuk
diinformasikan kepada masyarakat umum dalam media tulis atau lisan, misalnya
dalam bentuk seminar dan pemberitaan di media massa cetak populer dalam bentuk artikel.
Laporan dapat ditulis kembali oleh peneliti atau ditulis oleh wartawan. Tulisan
bertujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat umum, maka tidak dapat
dipergunakan sebagai acuan/pedoman kebenaran ilmiah. Jika berkehendak
memperoleh kebenaran ilmiah dari tulisan ringkas ini, kita dapat mencari dalam
laporan lengkapnya.
g. Laporan
untuk Pembuat Keputusan
Laporan penelitian juga perlu disampaikan kepada pembuat
keputusan/pejabat. Terutama penelitian yang berhubungan dengan implikasi,
diagnosa, situasi, dan evaluasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini dinamakan action research.
Laporan ini mengacu term of reference yang
telah disetujui bersama antara peneliti dan pejabat. Yang diperlukan dalam
laporan ini ialah penjelasan serta diagnosa terhadap masalah yang diteliti atau
rekomendasi, yang dipergunakan sebagai dasar meneruskan, menyempurnakan,
menyelesaikan, atau membuat program/kebijaksanaan baru.
h. Buku
teks (Textbook)
Merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan
pustaka. Textbook memuat
prinsip-prinsip atau hukum-hukum ilmiah yang secara umum sudah diterima dan
diakui di bidangnya. Biasanya berupa buku tebal yang dipergunakan untuk
keperluan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan pengertian-pengertian
ilmiah.
i.
Handbook
Buku yang memuat petunjuk atau cara mempraktikkan sesuatu
berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Termasuk dalam jenis ini ialah manual
(buku penuntun) yang biasa disertakan dalam produk-produk baru, seperti mesin
mobil, komputer, dan televisi.
8.
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Karya
ilmiah ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Naskah
dibuat di atas kertas HVS putih minimal 70 mg, dengan ukuran A4 (21,5 x 29,7
cm)
2. Jenis
huruf dan ukurannya adalah sebagai berikut:
a. Naskah
dengan huruf Latin menggunakan jenis font Time New Roman ukuran 12 pt, kecuali catatan kaki ditulis dengan ukuran 10 pt.
b. Naskah
dengan huruf Arab menggunakan font Traditional Arabic ukuran 18 pt, kecuali untuk catatan kaki ditulis dengan ukuran 16
pt, bab ditulis dengan ukuran 26 pt tebal, dan sub bab ditulis dengan ukuran 22
pt tebal.
3. Pemakaian
huruf miring hanya untuk pengetikan kata yang belum baku
dalam bahasa Indonesia untuk karya ilmiah berbahasa Indonesia , dan judul buku (dalam
teks maupun catatan kaki) untuk semua karya ilmiah.
4. Pemakaian
huruf tebal hanya pada penulisan setiap judul dari isi bagian awal dan bagian
akhir, dan pada judul bab dan sub bab peringkat kedua pada bagian utama karya
ilmiah.
5. Jarak
baris tulisan dalam naskah adalah 2 (dua) spasi, kecuali untuk kutipan
(ketentuan dibahas tersendiri), catatan kaki, tabel, abstrak, keterangan gambar
dan daftar pustaka diketik dengan jarak 1 (satu) spasi. Untuk naskah dengan
huruf Arab ditulis dengan jarak 1 (satu) spasi, jarak antar paragraf 1,5 (satu
setengah) spasi.
6. Batas
tepi atas dan kiri adalah 4 cm, sedangkan batas tepi bawah dan kanan adalah 3
cm.
7. Setiap
alinea baru diketik masuk 1,2 cm dari batas tepi kiri teks.
8. Penulisan
sub bab adalah sebagai berikut:
a. Penulisan
bab adalah ditempatkan di tengah memakai huruf besar semua dan tebal,
penomorannya dengan angka Romawi (I, II, III, dst), tanpa tanda titik.
b. Peringkat
2, penomoran dengan huruf besar (A, B, C, dst), titik, judul sub bab ditulis
tebal dan memakai huruf besar pada setiap awal kata, tanpa tanda titik.
c. Peringkat
3, penomoran dengan huruf angka Arab (1, 2, 3, dst), titik, judul sub bab
ditulis tidak tebal dan huruf besar pada awal judul saja, tanpa tanda titik.
d. Peringkat
4, penomoran dengan huruf kecil (a, b, c, dst), titik, judul sub bab ditulis
tidak tebal dan huruf besar pada awal judul, tanpa tanda titik.
e. Peringkat
5, penomoran dengan angka Arab (1, 2, 3, dst) dengan kurung tutup tanpa titik, judul
sub bab ditulis tidak tebal dan huruf besar pada awal judul, tanpa tanda titik.
f.
Butir uraian atau contoh yang bersifat
hirarkis ditulis dengan penomoran angka atau huruf kecil dalam kurung, sedang
yang bersifat nonhirarkis ditulis dengan tanda hubung (-)
9. Penomoran
halaman ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bagian
awal (sebelum bab pertama) diberi nomor urut dengan menggunakan angka Romawi
kecil (i, ii, iii, dst) dan diketik pada bagian tengah bawah. Untuk naskah
berbahasa Arab penomorannya dengan huruf abjad/abjadun
b. Bagian
utama (Bab dan Daftar Pustaka) diberi nomor urut dengan menggunakan angka Arab
(1, 2, 3, dst) dan diketik pada bagian kanan atas, kecuali halaman pertama
setiap bab ditulis pada bagian tengah bawah.
c. Tabel
dan gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
d. Lampiran-lampiran
diberi nomor urut dengan angka Romawi besar (I, II, III, dst) dan diketik di
bagian tengah bawah. Untuk naskah berbahasa Arab dengan huruf abjad/abjadun.
10. Penulisan
catatan kaki sebagai berikut:
a. Catatan
kaki ditulis di bawah teks dengan ukuran font 10 pt untuk Latin dan 16 pt untuk
Arab.
b. Penomoran
catatan kaki adalah dengan angka Arab (1, 2, 3, dst) dan hitungan dimulai dari
awal setiap bab.
8.1 Teknik Pengutipan atau Cara Merujuk
Secara
garis besar ada dua cara pengutipan yang dilakukan dalam penulisan karya tulis
ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun bentuk lain yang dipublikasikan di
majalah ilmiah, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung ialah kutipan yang diambil
dari pendapat seseorang, para ahli, pakar, pengarang, dan sebagainya, secara
langsung (apa adanya) baik mengenai kata maupun kalimatnya tanpa menambah dan
mengurangi sedikitpun. Sumbernya bisa berupa teks maupun hasil wawancara.
Kutipan
langsung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yakni kutipan langsung pendek
dan kutipan langsung panjang.
j.
Kutipan langsung pendek adalah kutipan
langsung yang kurang dari lima
baris. Cara penulisannya adalah dengan menggabungkannya dengan teks utama dan
ditulis 2 (dua) spasi, di antara dua tanda kutip (“), kemudian diikuti dengan
nomor footnote
Contoh:
Dalam
hal belajar, Soebronto menjelaskan “ada hubungan yang erat antara faktor sosial
ekonomi dengan kemajuan belajar anak”.1
Seperti yang telah dituturkan oleh Bapak Maksum selaku
kepala SMP Islam ketika diwawancarai oleh peneliti, “terus terang [muatan lokal
materi keagamaan] tidak ada kaitannya dengan ketrampilan kerja, karena memang
sejak awal anak-anak dipersiapkan untuk terjun di masyarakat bukan dipersiapkan
untuk kerja.”8
k. Kutipan langsung panjang adalah kutipan langsung yang
terdiri dari lima
baris atau lebih. Cara penulisannya adalah dipisah dari teks utama dengan jarak
2 (dua) spasi dari teks sebelum dan setelah kutipan, kutipan ditulis 1 (satu)
spasi, masuk 1,2 cm dari batas kiri paragraf, cetak tegak, tanpa dimulai dan
diakhiri dengan tanda petik (“), kemudian diikuti dengan nomor footnote.
Contoh:
Pengelolaan
sekolah menurut Sallis, sebagaimana yang dikutip oleh Samani:
Sekolah seyogianya
difahami sebagai unit layanan jasa pendidikan dan bukan sebagai kepanjangan
birokrasi pemerintah. Sebagai unit layanan jasa, maka keberhasilan sekolah
harus diukur dari “kepuasan” kliennya, yaitu siswa dan orang tua. Bahwa
kepuasan klien berkorelasi dengan kualitas produk/layanan memang benar, tetapi
mutu produk/layanan itu akan sangat relatif tergantung karakteristik klien.
Klien dengan karakteristik berbeda akan memerlukan kualitas layanan yang
berbeda pula.3
Farid,
selaku pengurus OSIS, ketika dimintai tanggapan mengenai pelajaran agama yang
dijadikan sebagai muatan lokal, mengatakan sebagai berikut:
Sebenarnya pada
dasarnya kami senang dengan pelajaran agama, sebab di kampung kami kalau tidak
bisa mengikuti kegiatan keagamaan menjadi asing dan terpencil dari pergaulan.
Cuma kami merasakan pelajaran agama yang diajarkan itu belum pas dengan
kebiasaan yang ada di kampung kami dan lagi cara mengajarnya, guru kurang
menarik perhatian pada siswa.9
Untuk
naskah berbahasa Arab, kutipan langsung dimasukkan dalam bodi teks, meskipun
jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi diberi tanda petik (“) di awal
dan di akhir kutipan, kemudian diikuti dengan nomor footnotel
Catatan:
Apabila
dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dihilangkan, maka
kata-kata yang dihilangkan tersebut diganti dengan 3 (tiga) titik.
Contoh:
Menurut
Roziqi, “semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah …
diharapkan tahun 2005/2006 nanti sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis
Kompetensi secara menyeluruh.”4
Apabila
yang dihilangkan adalah kalimat, maka kalimat yang dihilangkan tersebut diganti
dengan 4 (empat) titik.
Contoh:
Ricklefs mengatakan dalam bukunya, “Dapat
dipastikan bahwa Islam sudah ada di Negara bahari Asia Tenggara sejak awal
zaman Islam …. Setidaknya pada abad IX sudah ada ribuan pedagang muslim di
Kanton. Kontak-kontak antara Cina dan dunia Islam itu terpelihara terutama
lewat jalur laut melalui perairan Indonesia.4
Kutipan tidak
langsung ialah
kutipan yang diambil penulis dari pendapat seseorang, para ahli, pakar, pengarang,
dan sebagainya dengan hanya mengutip ide dasarnya, sehingga yang dimasukkan
dalam teks tersebut adalah bahasa penulis sendiri. Kutipan tidak langsung, baik
pendek maupun panjang, penulisannya dijadikan satu dengan bodi teks. Kutipan
tidak langsung ini ditulis dengan menggunakan spasi ganda (2 spasi) dengan
menyebutkan nama orang yang dikutip pada awal kutipan dan di akhir kutipan
diberi nomor footnote.
Contoh:
Menurut Suciati, suatu kegiatan instruksional di perguruan
tinggi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa
perubahan tingkah laku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas,
pengajaran akan menjadi tidak jelas arahnya. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap taksonomi hasil belajar menjadi sangat penting bagi para dosen. Dengan
pemahaman ini, dosen akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas
mengenai tujuan mata kuliah yang diasuhnya, bahkan tujuan setiap materi atau pokok
bahasan yang disampaikan setiap kali tatap muka.7
8.2
Teknik
Penulisan Catatan Kaki (footnote)
Catatan
kaki (footnote) adalah teknik
penulisan yang berfungsi untuk menandai identitas sumber data atau kutipan yang
ditulis di bawah bodi teks. Selain itu,
footnote juga dapat digunakan untuk memberikan keterangan tambahan tentang
suatu subyek atau persoalan yang tidak mungkin dijelaskan dalam bodi teks namun
masih sangat berkaitan dengan persoalan yang dibahas. Penjelasan seperti itu
harus ditempatkan pada footnote,
karena jika dituliskan dalam bodi teks akan mengganggu alur pembahasan.
Di
samping catatan kaki, terdapat dua teknik penulisan lain, yaitu catatan akhir (endnote) catatan tengah (innote/meddlenote). Pada prinsipnya
catatan kaki dan catatan akhir tidak berbeda, kecuali hanya pada letaknya.
Catatan kaki terletak di bagian bawah bodi teks, sedangkan catatan akhir
terletak pada bagian belakang. Catatan tengah (innote) adalah catatan yang diletakkan langsung di akhir tulisan
(masuk dalam bodi teks). Dibandingkan dengan catatan akhir, catatan kaki lebih
praktis, sebab pembaca bisa langsung mengetahui identitas sumber yang
disebutkan dalam halaman yang sama dengan kutipan. Karena itu karya ilmiah
cenderung lebih banyak menggunakan model catatan kaki dibandingkan dengan dua
model yang lain.
Ketentuan
yang harus dipenuhi dalam menuliskan identitas sebuah buku yang dijadikan
sebagai sumber rujukan adalah sebagai berikut; nama penulis harus ditulis
seperti susunan nama aslinya (tidak mendahulukan nama akhir/last name) dan tidak menyebutkan gelar
yang dimiliki, koma, judul buku yang ditulis dengan cetak miring, kurung buka,
tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung
tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A
Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese
Town (Yogyakarta:
Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta:
Erlangga, 1985), 60.
Jika rujukan terdiri dari beberapa jilid atau juz, maka
setelah tanda kurung tutup diikuti koma, juz/jilid (ditulis dengan menggunakan
angka Romawi besar), titik dua, halaman, titik.
Contoh:
1al-Nawawi, al-Majmū’ Sharh al-Muhadhdhab (t.tp.:
al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), V: 34.
3Jalal al-Dīn al-Suyūtī, al-Durr al-Mantsūr fi Tafsīr al-Ma’thūr (Beirut: Dār al-Ma’rifah, 1965), V:89
Jika catatan kaki langsung mengikuti catatan kaki
sebelumnya (tidak diselingi dengan catatan kaki dari sumber lain), maka ditulis
kata Ibid (ditulis tegak), diikuti titik, koma, nomor halaman dan tanda titik
jika nomor halamannya berbeda dengan kutipan sebelumnya. Jika nomor halaman
sama dengan sebelumnya maka cukup ditulis Ibid diikuti tanda titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A
Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese
Town (Yogyakarta:
Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Ibid., 32.
3Ibid., 40.
Namun jika catatan kaki dari sumber yang sama tersebut
diselingi dengan catatan kaki dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah
nama akhir penulis (last name), koma,
beberapa kata dari judul buku, titik, koma, nomor halaman buku dan titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A
Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese
Town (Yogyakarta:
Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta:
Erlangga, 1985), 60.
3Montgomery Watt, Islamic Theology and Philosophy (Edinburg:
Edinburg University Press, 1963), 67.
4Nakamura, The Crescent Arises., 46.
5Adji, Peradilan., 60.
Jika seorang penulis memiliki dua karya tulis atau lebih
dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam satu nomor
catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata idem. Titik koma
ditulis untuk memisahkan antara kata idem dengan kata atau angka yang menjadi
bagian dari identitas sumber sebelumnya.
Contoh:
1Howard M. Federspiel, The Persatuan Islam: Islamic Reform iin
Twentieth Century Indonesia
(Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project, 1970), 109;
Idem, Popular Indonesia Literature of the
Qur’an (Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project,
1994), 142.
2M. Yahya Harahap, Tujuan Kompilasi Hukum Islam (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1990), 45; Idem, Kedudukan
Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), 89.
Catatan kaki untuk artikel sebuah jurnal ditulis sebagai
berikut: nama penulis artikel, koma, tanda kutip buka, judul artikel (dicetak
tegak), tanda kutip tutup, koma, nama jurnal (dicetak miring), nomor edisi
jurnal, kurung buka, bulan (kalau ada) dan tahun penerbitan, kurung tutup,
koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1George Makdisi, “The Hanbali School and Sufisme”, Humaniora Islamica, 2 (Januari, 1974), 61.
2Wael B. Hallaq, “A
Tenth-Eleventh Century Treatise on Juridical Dialectic”, Muslim World, 77 (1987), 197-228.
Catatan kaki untuk artikel yang ditulis dalam sebuah buku
ditulis sebagai berikut: nama penulis artikel, koma, tanda kutip buka, judul
artikel (ditulis tegak), tanda kutip tutup, koma, teks “dalam”, judul buku
(dicetak miring), koma, teks “ed.”, nama editor, kurung buka, tempat penerbit,
titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor
halaman dan titik. Demikian juga catatan kaki dari ensiklopedi ditulis sama
dengan artikel, dengan menghilangkan kata “dalam”.
Contoh:
1Abdus Subhan, “Social and
Religious Reform Movementh in the 19th Century among the Muslims”,
dalam Social and Religious Movementh,
ed. S. P. Sen (Calcutta: Institute of Historical Studies, 1979), 485.
1A. J. Wensinck, “Kufr”, The First Encyclopaedia of Islam, ed. M.
Th. Houstma, et. Al. (Leiden :
E. J. Brill, 1987), VII: 234.
Jika catatan kaki dari artikel yang sama kemudian diselingi
dengan catatan kaki dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah nama akhir
penulis (last name), koma, tanda
kutip buka, beberapa kata dari judul artikel, tanda kutip tutup, koma, nomor
halaman buku dan titik. Demikian juga jika penulis memiliki dua karya tulis
artikel atau lebih dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan
dalam satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata
idem.
Catatan kaki untuk karya terjemahan ditulis sebagai
berikut: penulis buku asli, koma, judul (dalam bahasa terjemahan), koma,
“terj”, titik, nama penerjemah, tanda kurung buka, tempat penerbit, titik dua,
nama penerbit, tahun terbitan, tanda kurung tutup, koma, halaman, titik.
Contoh:
1C. Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, terj. S. Gunawan (Jakarta: Bhatara Aksara, 1983), 45.
Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh
dua orang, maka dua nama tersebut harus disebutkan semua. Namun jika jumlah
penulis, editor atau penterjemahnya tiga orang atau lebih, maka hanya nama
penulis, editor atau penterjemah pertama yang disebutkan diikuti dengan kata
“et. al.” (artinya dengan orang lain)
Contoh:
1Fazlur Rahman, “Revival and
Reform in Islam”, dalam The Cambridge
History of Islam, ed. P.M. Holt, et. al. (Cambridge: Cambridge University
Press, 1970), Vol. 2, 632-638.
1Widjaja, et. al., Hukum tentang Perlindungan Konsumen (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2000), 20.
Catatan kaki untuk tesis magister atau disertasi doktor
yang tidak diterbitkan ditulis sebagai berikut: nama penulis tesis atau
disertasi, koma, tanda kutip buka, judul tesis atau disertasi (ditulis tegak),
tanda kutip tutup, kurung buka, kata “Tesis MA” atau “Disertasi Doktor”, koma,
nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, koma, tahun penulisan tesis
atau disertasi, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1Bisri Afandi, “Shaikh Ahmad
Al-Shurkati: His Role in Al-Irshad Movement” (Tesis MA, McGill University,
Montreal, 1976), 34.
2Nurcholish Madjid, “Ibn
Taymiyya on Kalam and Falsafah: A Problem of Reasons and Revelation in Islam”
(Disertasi Doktor, Chicago University, Chicago, 1984), 45.
Jika unsur dalam identitas sumber data ada yang tidak jelas
atau hilang, maka harus dicantumkan tanda kehilangannya, yaitu dengan
menuliskan teks t.tp. (tanpa tempat penerbit), t.p. (tanpa [nama] penerbit),
dan t.t. (tanpa [tahun] penerbitan). Jika salah satu unsur dalam identitas
tersebut diragukan karena tidak ditulis dengan jelas maka diberi tanda “?”
(tanda tanya).
Contoh:
1al-Nawāwī, al-Majmū’ Sharh al-Muhadhdhab, (t.tp.:
al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), V: 34.
2H. A R. Gibb, Modern Trends in Islam (Chicago : t.p., 1947), 67.
3M. Hatta, “Politik Sintesa,” Aliran Islam (Februari, 194?), 45.
4S.D. Gotein, Studies in Islamic History and Institutions (Leiden : E.J. Brill, t.t.),
34.
Catatan kaki untuk ayat al-Qur’an ditulis sebagai berikut:
teks “QS” (singkatan al-Qur’an Surat ), titik,
nama surat , tanda kurung buka, nomor surat , tanda kurung tutup,
tanda titik dua, nomor ayat dan titik.
Contoh:
1QS. Al Baqarah (2): 34; Ali
Imran (3): 4.
Catatan kaki untuk Hadits ditulis dengan cara menempatkan
nomor catatan kaki pada akhir matan Hadits, tanpa menyebutkan periwayatnya (rawāhu), tetapi catatan kaki ditulis
dengan menyebutkan nama penulis kitab (mukharrij,
seperti al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, dll.), koma, judul kitab, kurung
buka, kota penerbit, titik dua, penerbit, koma, tahun, kurung tutup, koma,
jilid, titik dua, halaman, dan titik.
Contoh:
1Al-Bukhārī, Şahīh al-Bukhārī (Beirut : Dār al-Fikr, 1981), II: 217.
Catatan kaki untuk internet/website ditulis sebagai
berikut: nama penulis artikel (jika ada), koma, judul artikel di antara dua
tanda kutip, koma, nama website (dicetak miring), koma, alamat website, koma,
tanggal, bulan, dan tahun terbit (jika ada) dan tanggal akses.
Contoh:
1Kuntowijoyo, “Islamisasi
Javaisme”, Republika on line, http://www.republika.co.id, 18 April 1998, diakses
tanggal 2 Mei 1998.
2”Bila Istana Bersuasana
Pesantren”, Republika on line, http://www.republika.co.id/9910/31/2934.htm, diakses tanggal 31 Oktober
1999.
Catatan kaki untuk hasil wawancara ditulis sebagai berikut:
nama tokoh, koma, jabatan/kedudukan/pekerjaan, koma, tempat, koma, dan tanggal
pelaksanaan wawancara.
Contoh:
1Budi Setiono, Staf KMI Pondok
Pesantren Darul Ma’rifah, Kediri ,
24 September 2002
Catatan kaki untuk hasil observasi ditulis sebagai berikut:
teks “Observasi”, koma, lokasi atau tempat dilaksanakannya observasi, koma,
tanggal pelaksanaan observasi, titik.
Contoh:
1Observasi, di kampus STAIN Kediri , 18 Juli 2007.
Catatan kaki untuk artikel yang ditulis dalam bentuk
CD-ROM, ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel ditulis di
antara dua tanda kutip, koma, judul CD yang ditulis miring, koma, “vol” (jika
ada), kurung buka, “CD-ROM”, titik dua, judul CD, koma, “Digital”, koma, tahun,
kurung tutup, koma, halaman, titik.
Contoh:
1Krashen, S., et. al., “Age,
Rate and Eventual Attainment in Second Language Acquisition”, TESOL Quarterly, vol. 13 (CD-ROM:TESOL Quarterly, Digital, 1998), 573-82.
Catatan kaki untuk artikel yang dimuat dalam majalah atau
koran ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel yang ditulis
di antara dua tanda kutip, koma, nama majalah atau koran ditulis miring, koma, tanggal, bulan, dan
tahun (jika ada), nomor halaman dan titik. Jika nama penulis tidak ada maka
catatan kaki ditulis tanpa menyebutkan nama penulis.
Contoh:
1Gardner, H., “Do Babies Sing
a Universal Song?”, Psychology Today,
70-77.
2”Wanita Kelas Bawah Lebih
Mandiri”, Jawa Pos, 22 April 2005, 6.
Catatan kaki untuk dokumen resmi pemerintah yang
diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga, ditulis sebagai
berikut; judul atau nama dokumen dicetak miring, koma, kota (tempat yang menjadi ibukota pemerintah
pemilik dokumen), titik dua, penerbit, tahun terbit, dan titik.
Contoh:
1Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Armas Duta Jaya,2004.
Catatan kaki untuk dokumen suatu lembaga dan ditulis atas
nama lembaga yang bersangkutan ditulis sebagai berikut; nama lembaga, koma,
judul buku yang ditulis miring, kurung buka, tempat lembaga yang menerbitkan,
titik dua, nama lembaga yang menerbitkan, koma, tahun penerbitan, kurung tutup
dan titik.
Contoh:
1Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian (Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Catatan kaki untuk makalah yang disajikan dalam seminar,
workshop, diklat, atau lokakarya ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma,
judul makalah ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “Makalah
disajikan dalam”, forum tempat penyajian, koma, lembaga penyelenggara, koma,
kota, koma, tanggal, bulan, tahun, dan titik.
Contoh:
1Lailun Nuzul, “Penulisan
Laporan Penelitian”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat
Dasar, STAIN, Kediri ,
12 Agustus 2005.
Catatan kaki untuk email pribadi ditulis sebagai berikut:
nama penulis, koma, kurung buka, alamat email pengirim, kurung tutup, koma,
judul ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “Email kepada”, nama
pemilik email yang dituju, kurung buka, alamat email tujuan, kurung tutup,
koma, tanggal email, dan titik.
Contoh:
1Dali S.
Naga , (ikip-jkt@indo.net.id), “Artikel untuk JIP”. Email
kepada Ali Syaukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id), 1 Oktober 1997.
8.3
Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Daftar
Pustaka atau Bibliography adalah daftar semua sumber yang dipakai sebagai
rujukan dalam penulisan suatu karya ilmiah. Buku dan sumber yang tidak
dijadikan sebagai rujukan tidak boleh dicantumkan dalam daftar pustaka.
Teknik
penulisan sumber dalam daftar pustaka/bibliography
hampir sama dengan penulisan catatan kaki, hanya ada sedikit perbedaan.
Unsur-unsur yang ditulis adalah sebagai berikut:
Pertama, pengarang atau penulis sumber
rujukan. Penulisannya sebagai berikut: menuliskan nama akhir (last name) dan diberi tanda koma,
kemudian diikuti nama awal lengkap (first
name), selanjutnya nama penulis kedua dan seterusnya (bila ada) dan
diakhiri dengan titik.
Kedua, judul buku. Penulisannya
sebagai berikut: judul buku dicetak miring dan diikuti dengan tanda titik.
Ketiga, nama kota tempat sumber/buku diterbitkan, nama
penerbit, dan tahun penerbitan. Penulisannya sebagai berikut: nama kota , titik dua, nama
penerbit, koma, tahun penerbitan, titik.
Contoh:
Hamalik, Oemar. Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1980.
Jika seseorang penulis mempunyai beberapa sumber yang
dicantumkan dalam bibliography, maka
nama penulisnya hanya dicantumkan pada sumber pertama saja. Sedangkan pada
sumber kedua dan seterusnya nama tersebut diganti dengan tanda sambung sebanyak
9 kali (---------), kemudian diikuti dengan titik.
Contoh:
Hamalik, Oemar. Pengajaran Unit Studi Kurikulum dan Metodologi. Bandung : Alumni, 1982.
---------. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, Bandung : Mandar Maju, 1992.
Jika penulisan sumber lebih dari satu baris, maka baris
kedua dan seterusnya ditulis masuk 1,2 cm dari margin kiri dengan jarak satu
spasi.
Contoh:
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan. Jakarta : Pustaka Alhusna,
1988.
Jika sumber ditulis oleh dua orang penulis, maka nama
penulis pertama ditulis dengan cara dibalik seperti di atas dan nama penulis
kedua ditulis lengkap sesuai dengan nama aslinya.
Contoh:
Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara, 1986.
Jika sumber ditulis oleh tiga orang penulis atau lebih,
maka penulisannya dengan menyebutkan nama penulis pertama dan diikuti teks “et.
al.”.
Contoh:
Slamet et. al. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Jakarta : Depdiknas, 2001.
Jika sumber rujukan dalam bentuk
artikel, baik yang berasal dari jurnal maupun buku dan sebagainya, maka judul
artikel tetap ditulis tegak di dalam tanda petik (“…”), sedangkan nama jurnal
ditulis miring. Edisi serta halaman artikel harus dicantumkan dari halaman
pertama sampai terakhir dan sebelumnya diberi tanda titik dua.
Contoh:
Subandijah. “Partisipasi
Masyarakat dalam Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah Dasar se-Jawa Tengah”. Kependidikan, (1992), XXII: 30-39.
Jika sumber rujukan berupa artikel dalam
koran atau majalah, maka dengan menuliskan nama penulis, titik, judul artikel
ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, nama majalah atau koran ditulis
miring, koma, diikuti oleh tanggal, bulan dan tahun, kemudian diakhiri dengan
nomor halaman.
Contoh:
Johan.
“Menyiasati Krisis Listrik di Indonesia”. Jawa
Pos, 20 Agustus 2005, 3.
Jika sumber rujukan berupa artikel tanpa
penulis, maka ditulis judul artikel di antara dua tanda kutip, titik, nama
koran ditulis miring, koma, diikuti tanggal, bulan, tahun, dan halaman.
Contoh:
“Peran
Wanita dalam Merebut Kemerdekaan”. Jawa
Pos, 20 Agustus 2005, 3.
Jika sumber rujukan berupa artikel dalam
CD-ROM, penulisannya sama dengan rujukan yang berasal dari artikel dalam jurnal
atau majalah hanya saja ditambah dengan penulisan “CD-ROM” dalam kurung.
Contoh:
Hanafi. “Partisipasi dalam
Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”. Forum
Penelitian, (CD-ROM: Forum Penelitian Digital, 2002). 34-37
Jika sumber rujukan berupa karya
terjemahan, penulisannya sebagai berikut: nama penulis asli, titik, judul
terjemahan dicetak miring, titik, teks “Terj.”, nama penerjemah, titik, tempat
penerbitan, titik dua, nama penerbit terjemahan dan diakhiri dengan tahun
penerbitan terjemahan.
Contoh:
Hurgronje, C. Snouck. Islam di Hindia Belanda., Terj. S.
Gunawan. Jakarta :
Bhatara Aksara, 1983.
Jika sumber rujukan berasal dari
skripsi, tesis atau disertasi, penulisannya sebagai berikut: nama penulis,
titik, judul skripsi ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks
“disertasi”, “tesis” atau “skripsi”, diikuti teks “tidak diterbitkan”, titik,
nama kota tempat perguruan tinggi, titik dua, nama fakultas dan nama perguruan
tinggai, koma, tahun, dan titik.
Contoh:
Santoso, Budi. “Perkembangan
Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa Asing di LPTK”. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang : Keguruan Universitas Negeri
Malang , 2004.
Jika sumber rujukan berupa makalah yang
disajikan dalam seminar, workshop, diklat, atau lokakarya, penulisannya sebagai
berikut: nama penulis, titik, judul makalah ditulis tegak di antara dua tanda
kutip, titik, teks “Makalah disajikan dalam” diikuti nama pertemuan, koma,
lembaga penyelenggara, titik, tempat penyelenggaraan, koma, tanggal, bulan dan
tahun penyelenggaraan.
Contoh:
Abdullah. “Penulisan Karya
Ilmiah dalam Jurnal”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat
Dasar bagi Dosen STAIN Kediri , P3M STAIN Kediri . Kediri , 12 Juli 2005.
Jika sumber rujukan dari dokumen resmi
pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan tanpa
lembaga, penulisan sebagai berikut: judul atau nama dokumen ditulis di bagian
awal dengan cetak miring, titik, diikuti kota
penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, dan titik.
Contoh:
Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : Thoha Putra, 2004.
Jika sumber rujukan dari lembaga yang
ditulis atas nama lembaga tersebut, penulisannya sebagai berikut: nama lembaga
penanggungjawab, titik, judul karangan yang dicetak miring, titik, tempat
penerbitan, titik dua, nama lembaga yang bertanggungjawab atas penerbitan
karangan tersebut, koma, tahun penerbitan.
Contoh:
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Jika sumber rujukan berasal dari
internet, penulisannya sebagai berikut: nama penulis, titik, judul ditulis
tegak di antara dua tanda kutip, titik, nama jurnal (dicetak miring) dengan
diberi keterangan dalam kurung (online), koma, volume, koma, nomor, koma,
tahun, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan
keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Khumaidi.”Pengukuran Bekal
Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya”. Jurnal
Ilmu Pendidikan (online), jilid 5, No.6, 2002, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 September 2002).
Catatan:
Penulisan daftar
pustaka/bibliography berurutan sesuai
abjad. Apabila huruf pertama sama, maka harus dilihat huruf kedua. Bila huruf
kedua sama, maka harus dilihat huruf ketiga, begitu seterusnya.[11]
[1] Abdul Wahab dan Lies Amin Lestari. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya :
Airlangga Universitas Press, 1999. h. 3
[2] Sabarti A. dkk. h. 212
[3] E. Kosasih. h. 29
[4] Pranowo dkk. Teknik Menulis
Makalah Seminar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. h. 9.
[5] Sabarti Akhadiyah dkk. h. 216
[6] E. Kosasih. h. 30.
[7] Pranowo dkk. h. 9.
[8] E. Kosasih. h. 30-31.
[9] Sabarti Akhadiyah. h.222
[10] Minto Rahayu. h. 27
[11] Pedoman Penulisan karya
Ilmiah. Kediri :
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2009. h. 23-45. Disosialisasikan kepada
mahasiswa untuk pembelajaran dan digunakan untuk teknik penulisan karya ilmiah
ragam bahasa selingkung STAIN kediri .
0 komentar:
Posting Komentar