Selasa, 30 September 2014

PENULISAN KARYA ILMIAH

TATA CARA Penulisan Karya ilmiah
By: NUR ARQOM EKA FATRIA

Secara harfiah, menulis berarti menuangkan pikiran/gagasan/fakta dalam bentuk tulis. Kegiatan menulis mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. lebih mengenali kemampuan dan potensi diri
b. dapat mengembangkan berbagai gagasan
c. dapat banyak menyerap, mencari, serta menguasai
7.1         Penentuan Topik, Tema, dan Judul Karya Ilmiah
Istilah topik dan tema sering dikacaukan. Karena itu, kedua istilah ini perlu diberi definisi yang jelas. Topik adalah medan, atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, istilah tema diartikan sebagai penyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Tema sifatnya masih hipotetis – suatu pernyataan sementara, yang masih memerlukan pembenaran atau penolakan dengan cara penelitian. Misalnya, ada pernyataan ‘Hidup pada abad ke dua puluh.’, pernyataan ini baru berupa topik. Pernyataan ini akan dikembangkan menjadi pernyataan yang hipotetis sifatnya, misalnya ‘Hidup pada abad ke dua puluh banyak mendapatkan kerugian.’. Pernyataan ini baru boleh dinamakan tema.[1]
Penulisan karya ilmiah, seperti makalah penelitian, tesis, atau karya ilmiah lainnya, menuntut beberapa persyaratan untuk dipenuhi. Persyaratan ini menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajiannya. Karena itu, karya ilmiah, terutama yang cukup panjang, perlu direncanakan dengan terlebih dahulu.
Tentu saja anda tidak perlu bersusah-payah membuat perencanaan atau kerangka karangan, jika anda hanya akan menulis surat pribadi kepada teman atau menulis karangan pendek yang bahannya sudah siap di kepala anda. Dalam hal seperti ini, kegiatan menulis merupakan satu kegiatan tunggal, dan kerangka karangan cukup di dalam pikiran anda saja. Tetapi, jika anda akan menyusun tesis atau makalah ilmiah (project paper, misalnya), sebaiknya anda merencanakannya lebih dahulu.
Secara teoretis, proses penulisan meliputi 3 tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ini tidak berarti bahwa kegiatan-kegiatan penulisan itu kita lakukan secara terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan itu kita lakukan secara terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan anda membuat persiapan-persiapan yang akan anda pergunakan pada tahap penulisan. Dengan kata lain, anda merencanakan karangan anda.
Tahap penulisan merupakan tahap ekspresi dan pengembangan gagasan yang telah anda tuliskan dalam bentuk kerangka kerja. Dengan menggunakan kalimat, ungkapan, frase, dan kata-kata, anda mengembangkan gagasan itu ke dalam paragraf atau bab-bab. Dalam hal ini, perlu anda pilih macam karangan apa yang paling sesuai dengan tujuan dan bahan anda: paparan, argumentasi, atau persuasi. Pada tahap ini, hal yang sangat penting untuk anda perhatikan ialah bagaimana anda dapat mengungkapkannya secara efektif, logis/sistematik, dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tahap terakhir dalam proses penulisan ialah revisi. Revisi ini pada prakteknya anda lakukan juga pada tahap-tahap persiapan dan penulisan. Namun demikian, setelah tulisan anda selesai, perlu anda lakukan suatu peninjauan kembali secara menyeluruh, yaitu mengenai:
(1)   Relevansi: apakah seluruh tulisan sejalan dengan tujuan/tesis?
(2)   Paragraf: apakah sudah memenuhi semua persyaratan?
(3)   Pilihlah kata dan kalimat: apakah cukup baku, komunikatif, informatif, dan tidak menimbulkan salah paham?
(4)   Teknik dan sistematika penulisan: apakah sesuai dengan logika pernyataan maksud/tesis?
(5)   Pungtuasi dan ejaan: apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku?
Dalam pelaksanaannya, ketiga tahap itu sering bertumpang tindih, sulit dipisahkan secara jelas, terutama jika anda menulis suatu esai pendek. Anda baru akan melalui tahap-tahap itu secara lebih teratur, bila anda menyusun suatu makalah yang cukup panjang atau karangan yang terdiri dari beberapa bab.
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini anda menentukan apa yang akan anda tulis dan anda bahas. Penentuan itu akan mengarahkan dan membatasi tulisan anda. Tahap ini meliputi beberapa kegiatan yang akan diuraikan satu per satu.
Memilih topik berarti memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan anda. Topik itu dapat anda peroleh dari berbagai sumber, yaitu: pengalaman, pengamatan, pendapat/penalaran, dan khayalan. Topik-topik karya ilmiah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1)      Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi anda
2)      Cukup menarik untuk dibahas
1)      Anda kenal dengan baik
2)      Bahannya dapat anda peroleh
3)      Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.[2]

Secara teknis topik dibedakan menjadi topik umum dan topik khusus. Topik umum adalah pokok pembicaraan yang sifatnya masih luas atau ide dasar.
Contohnya:
Bidang pengajaran bahasa
  1. membaca pemahaman
  2. proses belajar bahasa
  3. kebiasaan menulis
Bidang Pendidikan
  1. Program wajib belajar
  2. Pembaharuan kurikulum
  3. Pembinaan generasi muda
Mata kuliah
  1. Hasil-hasil perkuliahan
  2. Suka-duka belajar
  3. Matakuliah yang disukai
Pendapat pribadi
  1. Kritik atau saran pada sekolah, lingkungan, pemerintah
  2. Kekaguman pada novel, film.
Peristiwa aktual
  1. Kebijakan pemerintah
  2. Keadaan luar negeri
  3. Perkembangan iptek
  4. Situasi dan kondisi daerah
  5. Gosip-gosip dalam kehidupan sehari-hari
Kilasan biografi
  1. Ketauladanan nabi dan rasul
  2. Perjuangan pahlawan
  3. Kehidupan selebritis
  4. Orang-orang yang dikagumi[3]
Sedangkan topik khusus adalah pokok pembicaraan yang sifatnya luas tetapi terbatas. Topik khusus pada dasarnya adalah subtopik dari topik umum.
Contohnya:
Bidang Pengajaran Bahasa
a.       membaca pemahaman
1)      langkah-langkah pengajaran membaca pemahaman pada siswa SMP
2)      strategi meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa STM
3)      usaha menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman pada siswa SMA
b.       proses belajar bahasa
1)      proses belajar bahasa pertama pada anak kecil.
2)      Proses belajar bahasa kedua pada siswa SD
3)      Proses belajar bahasa menurut pandangan kaum behavioris.
c.        kebiasaan menulis
1)      menumbuhkan kebiasaan menulis laporan kegiatan pada siswa
2)      menumbuhkan kebiasaan menulis karangan argumentatif pada siswa SMU
            Bidang Pendidikan
a.       Program wajib belajar
1)      Sekolah kecil sebagai wadah pelaksanaan program wajib belajar.
2)      Pendidikan penyetaraan SD dan SMP sebagai salah satu realisasi pelaksanaan program wajib.
3)      Wajib belajar 9 tahun belum memadai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b.       Pembaharuan kurikulum
1)      Pembaharuan kurikulum sebagai usaha untuk menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2)      Permasalahan yang muncul dalam pembaharuan kurikulum sekolah.
3)      Penyesuaian buku acuan setiap pembaharuan kurikulum
c.        Pembinaan generasi muda
1)      Meningkatkan pembinaan generasi muda melalui kursus ketrampilan perbengkelan
2)      Karang Taruna sebagai wahana pembinaan generasi muda
3)      Kegiatan ekstrakurikuler sekolah sebagai wahana pembinaan generasi muda.[4]
            Dalam pelaksanaannya, topik yang telah anda pilih itu anda nyatakan dalam suatu judul karangan. Samakah topik dengan judul? Tidak. Topik adalah pokok pembicaraan, sedang judul ialah nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan.[5] Pernyataannya mungkin sama, mungkin juga tidak. Judul karangan fiktif (rekaan) kerapkali tidak menunjukkan topiknya. Roman Layar Terkembang misalnya, tidak membicarakan layar dalam arti sebenarnya. Akan tetapi, judul karangan ilmiah harus dipikirkan secara sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa persyaratan, antara lain:
(1)   harus sesuai dengan topik/isi dan jangkauannya
(2)   sebaiknya dinyatakan dalam frase bukan kalimat
(3)   sesingkat mungkin
(4)   sejelas mungkin, tidak dinyatakan dalam kata kiasan dan tidak mengandung kata bermakna ganda.
            Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.[6]
a.       Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan.
b.      Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.
c.       Singkat, mudah dipahaimi dan enteng diingat.
Secara umum, terdapat dua model perumusan judul karangan. Pertama, model judul untuk karangan popular. Karangan-karangan popular, seperti artikel untuk Koran dan majalah, cenderung menggunakan judul-judul yang singkat dan sangat provokatif. Bahasa yang digunakannya pun adalah bahasa-bahasa yang diakrabi masyarakat pada umumnya.
Contoh:
1)      Pemaaf Sumber Kebahagiaan
2)      Cara Belajar Cepat dan Menyenangkan
3)      Mukjizat Salat dan Doa
Kedua, model judul untuk karangan ilmiah. Jenis karangan seperti laporan penelitian, menghendaki perumusan secara lengkap, yakni meliputi:
1) masalah yang diteliti,                       4) subjek penelitian, dan
2) ruang lingkup penelitian,                 5) metode penelitian.
3) tujuan penelitian,
Contoh:
AKTIVITAS PERGAULAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

(Studi Deskriptif tentang Kecerdasan Emosi dan Intelektual Siswa MA. Tribakti Kediri Tahun Pelajaran 2009/2010)
 
 





Dari judul di atas, dapat diketahui bahwa:
1) masalah yang diteliti            :  aktivitas pergaulan dan prestasi belajar siswa
2) ruang lingkup penelitian      :  kecerdasan emosi dan intelektual siswa
3) tujuan penelitian                 :  mengetahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas pergaulan dengan prestasi belajar siswa
4) subjek penelitian                 : siswa MA. Tribakti Kediri Tahun Pelajaran 2009/2012
5) metode penelitian                :  deskriptif
Panjang-pendeknya judul karangan sesungguhnya hanyalah selera penulis. Ada yang berpendapat bahwa judul itu Big is the best dalam arti yang besar atau luas dianggap paling baik. Sebaliknya ada yang mengatakan judul itu small is beautiful dalam arti yang kecil atau rinci justru lebih indah.[7] Oleh karena itu pemberian judul karangan diserahkan sepenuhnya kepada anda sebagai penulis.
      Contoh:
      Judul Besar:
PEMBUDAYAAN P4
GUNA MENINGKATKAN DISIPLIN
NASIONAL
      Judul Kecil:
PEMBUDAYAAN P4
GUNA MENINGKATKAN DISIPLIN
NASIONAL
(Melalui Keluarga, Masyarakat,
dan Sekolah)
 
Hubungan antara topik, tema, dan tujuan karangan dapat dicontohkan sebagai berikut.[8]
1.      Topik         :  Faedah memiliki sifat pemaaf
Tema         :  Sifat pemaaf dapat memberi kebahagiaan dalam pergaulan hidup
Tujuan       :  a) Memberi tahu pembaca bahwa sifat dendam dapat menimbulkan kegelisahan dan permusuhan
b) Sifat pemaaf dapat memberi kebahagiaan batin dan kesuksesan dalam pergaulan
2.      Topik         :  Pelajar dan masa depan bangsa
Tema         :  Besarnya peranan pelajar Indonesia dalam menentukan maju-mundurnya perkembangan bangsanya.
Tujuan       :  Mempengaruhi, menanamkan kesadaran kepada pelajar tentang pentingnya mereka dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan mempertebal moral sebagai bekal dalam membangun bangsanya.
7.2              Tujuan Penulisan
Rumusan tujuan penulisan adalah suatu gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan anda dalam penulisan selanjutnya. Dengan menentukan penulisan, anda tahu apa yang harus anda lakukan pada tahap penulisan, anda tahu bahan apa yang harus anda lakukan pada tahap penulisan, anda tahu bahan apa yang anda perlukan, organisasi karangan macam apa yang akan anda terapkan, dan mungkin juga sudut pandangan yang anda pilih. Penentuan tujuan merupakan penentuan yang pokok yang akan mengarahkan dan membatasi penentuan-penentuan khusus yang akan anda lakukan selanjutnya. Kesadaran anda mengenai tujuan selama proses penulisan, akan menjaga keutuhan tulisan anda.
Tujuan penulisan dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan maksud, yang akan mengembangkan gagasan secara tidak dominan.[9] Contoh pernyataan maksud di bawah ini dengan jelas menunjukkan tujuan penulisan dan membantu penulis mengembangkan karangannya.
Contoh
1)      Tujuan makalah ini ialah membahas perbedaan pandangan politik tokoh X dan Y mengenai tindakan pemerintah Z terhadap para gerilyawan.
2)      Dalam makalah ini akan diuraikan bagaimana pujian dapat meningkatkan motivasi belajar anak-anak SD.
3)      Penulis ingin mengemukakan peristiwa-peristiwa yang mendahului pecahnya Perang Diponegoro
4)      Apa yang menyebabkan kenakalan remaja pada umumnya? Penulis akan mengemukakan tiga hal yang erat hubungannya dengan pendidikan keluarga
Pernyataan maksud di atas tidak hanya mengungkapkan tujuan penulisan, melainkan juga menunjukkan arah pengembangan karangan selanjutnya. Pernyataan itu sekaligus mencakup struktur tulisan dan bahan yang diperlukan.
7.3              Jenis Tulisan
1.       Berdasarkan Bentuknya
  1. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci. Prosa terbagi dalam dua macam.
1)      Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan. Contohnya: novel dan cerpen.
2)      Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-aturan kelogisan. Contohnya: esey, laporan penelitian, dan biografi.
  1. Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.
  2. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.
2.      Berdasarkan Cara Penyajiannya
a.       Karangan narasi, adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
b.      Karangan deskripsi, adalah karangan yang menggambarkan suatau objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu
c.       Karangan eksposisi, adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta untuk memperjelas pemaparan.
d.      Karangan argumentasi, adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.
e.       Karangan persuasi, adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang.
3.      Berdasarkan Masalah yang Disajikannya
a.       Karangan populer, adalah karangan yang membahas masalah-masalah sehari-hari dengan menggunakan ragam bahasa yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya.
b.      Karangan ilmiah, adalah karangan yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu. Ragam bahasa yang digunakan bersifat teknis yang hanya dapat dipahami masyarakat tertentu.
c.       Karangan ilmiah populer, adalah karangan yang membahas masalah-masalah keilmuan dengan menggunakan ragam bahasa yang dipahami masyarakat pada umumnya.
d.      Surat, merupakan karangan yang mengupas beragam persoalan dalam berbagai kepentingan. Pembacanya dinyatakan secara khusus, tertentu.
e.       Karangan sastra, adalah karangan yang berisi cerita rekaan dengan bahasa, gaya, dan citra rasa yang indah. Cerita-cerita yang dinyatakannya lebih bersifat individual.
4.      Jenis Laporan Akademis
Laporan adalah penyampaian informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari suatu pihak kepada pihak lain. Seseorang yang ditugasi meneliti suatu persoalan harus menyampaikan laporan mengenai hal yang esensi dari tugasnya agar pembaca (pihak yang berwenang) dapat bertindak berkenaan dengan isi laporan. Laporan merupakan jenis dokumen yang bentuknya bervariasi, maka agak sulit memberi batasan yang jelas. Karena laporan berbentuk tulis, dapat dikatakan bahwa laporan merupakan jenis dokumen mengenai suatu masalah yang telah dan tengah diteliti dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada tindakan yang akan diambil. Dalam hal ini laporan menyangkut tiga hal, yaitu apa yang dilaporkan, siapa yang melaporkan, dan kepada siapa laporan disampaikan sehingga laporan hendaknya bersifat komunikatif, jelas, dan dapat mudah dipahami.
Agar menjadi komunikatif, laporan hendaknya disusun secara logis, sistematis, dan dengan bahasa yang lugas. Laporan dikatakan logis apabila segala keterangan yang disajikannya dapat diusut alasan-alasannya atau dasar-dasarnya yang masuk akal. Laporan dikatakan sistematis apabila segala keterangan yang dikemukakan disusun dalam urutan yang memperhatikan pertalian yang saling menunjang. Laporan dikatakan dalam bahasa yang lugas apabila bahasa yang digunakan langsung menunjukkan pokok persoalan, tidak berbunga-bunga atau bertele-tele.

Bentuk laporan akademis menurut Minto Rahayu ada  9 jenis:[10]
a.       Laporan Lengkap
Laporan lengkap adalah hasil penelitian yang disampaikan secara menyeluruh, mulai dari proses penelitian sampai pada teknik dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian. Tujuan pelaporan adalah menyampaikan penemuan penelitian dengan komunikasi yang terinci sehingga masyarakat ilmiah dapat memberikan makna pada data, menemukan validitas, serta menghayati pentingnya kesimpulan yang ditarik.
b.      Kertas Kerja/Makalah
Laporan ini disebut juga work paper, report reading/book report adalah naskah semester yang biasanya ditugaskan oleh dosen kepada mahasiswanya berkenaan dengan mata kuliah yang diajarkannya. Laporan biasanya berupa hasil membaca buku atau hasil praktikum. Biasanya tidak terlalu panjang karena hanya memuat satu masalah yang tidak terlalu rumit, kira-kira 10 sampai 20 halaman
c.       Laporan Penelitian Lapangan
Laporan ini mempunyai prosedur formal dan material. Secara formal harus melalui penelitian yang berpedoman pada metode riset, dan secara material harus menghasilkan data. Data dan fakta yang diperoleh dalam penelitian ini harus dilaporkan secara logis dan sistematis. Laporan ini mencakup pada bidang tertentu sesuai dengan spesialisasi ilmu yang diikutinya. Laporan disusun agar mahasiswa mempunyai keterampilan mengadakan pendekatan masalah secara konkret dan disiplin pelaporan secara rasional.
d.      Laporan Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Laporan ini disebut juga dengan risalah ujian, karena laporan ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat menempuh ujian kesarjanaan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dan diploma. Skripsi untuk gelar sarjana (S-1), tesis untuk gelar magister  (S-2) dan disertasi untuk gelar doctor (S-3). Skripsi dan tesis dapat berbentuk studi pustaka dan lapangan sekaligus, bisa juga hanya studi pustaka. Penulisan disertasi pada prinsipnya sama dengan skripsi dan tesis, hanya persoalan disertasi lebih luas dan kesimpulannya mempunyai generalisasi dan implikasi yang luas pula. Disertasi menuntut adanya penelitian lapangan dan data utama yang bersumber dari pustaka, lapangan, dan laboratorium.
Risalah ujian untuk tingkat diploma sering dinamakan laporan tugas akhir, yang pada dasarnya sama dengan skripsi tetapi lebih mengarah pada kajian faktual, praktek kerja lapangan, atau pembuatan alat. Dalam hal ini, laporan tugas akhir dapat berupa penelitian (studi kasus, audit), merancang, dan rancang bangun.
e.       Artikel Ilmiah
Laporan berbentuk artikel merupakan pemadatan laporan lengkap, biasanya diperlukan untuk dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah. Jumlah halaman artikel disesuaikan dengan kondisi jurnal/majalah, biasanya tidak lebih dari 12 halaman. Artikel ilmiah dimulai dengan abstrak (200 s.d. 300 kata) dan dilanjutkan dengan hasil penelitian yang telah dipadatkan: mulai dari proses penelitian sampai pada teknik, pelaksanaan, dan kesimpulan.
f.        Laporan Ringkas/Ilmiah Populer
Hasil penelitian yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat ditulis kembali dalam bahasa yang mudah dimengerti dan tidak terlalu teknis (menggunakan bahasa populer). Laporan ringkas menyampaikan fakta, implikasi, dan kesimpulan yang diarahkan pada temuan utama tanpa memasukkan desain dan metode yang terlalu teknis. Laporan ringkas dibuat untuk diinformasikan kepada masyarakat umum dalam media tulis atau lisan, misalnya dalam bentuk seminar dan pemberitaan di media massa cetak populer dalam bentuk artikel. Laporan dapat ditulis kembali oleh peneliti atau ditulis oleh wartawan. Tulisan bertujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat umum, maka tidak dapat dipergunakan sebagai acuan/pedoman kebenaran ilmiah. Jika berkehendak memperoleh kebenaran ilmiah dari tulisan ringkas ini, kita dapat mencari dalam laporan lengkapnya.
g.       Laporan untuk Pembuat Keputusan
Laporan penelitian juga perlu disampaikan kepada pembuat keputusan/pejabat. Terutama penelitian yang berhubungan dengan implikasi, diagnosa, situasi, dan evaluasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini dinamakan action research. Laporan ini mengacu term of reference yang telah disetujui bersama antara peneliti dan pejabat. Yang diperlukan dalam laporan ini ialah penjelasan serta diagnosa terhadap masalah yang diteliti atau rekomendasi, yang dipergunakan sebagai dasar meneruskan, menyempurnakan, menyelesaikan, atau membuat program/kebijaksanaan baru.
h.      Buku teks (Textbook)
Merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan pustaka. Textbook memuat prinsip-prinsip atau hukum-hukum ilmiah yang secara umum sudah diterima dan diakui di bidangnya. Biasanya berupa buku tebal yang dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan pengajaran untuk menanamkan pengertian-pengertian ilmiah.
i.        Handbook
Buku yang memuat petunjuk atau cara mempraktikkan sesuatu berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Termasuk dalam jenis ini ialah manual (buku penuntun) yang biasa disertakan dalam produk-produk baru, seperti mesin mobil, komputer, dan televisi.



8. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Karya ilmiah ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Naskah dibuat di atas kertas HVS putih minimal 70 mg, dengan ukuran A4 (21,5 x 29,7 cm)
2.      Jenis huruf dan ukurannya adalah sebagai berikut:
a.       Naskah dengan huruf Latin menggunakan jenis font Time New Roman ukuran 12 pt, kecuali catatan kaki ditulis dengan ukuran 10 pt.
b.      Naskah dengan huruf Arab menggunakan font Traditional Arabic ukuran 18 pt, kecuali untuk catatan kaki ditulis dengan ukuran 16 pt, bab ditulis dengan ukuran 26 pt tebal, dan sub bab ditulis dengan ukuran 22 pt tebal.
3.      Pemakaian huruf miring hanya untuk pengetikan kata yang belum baku dalam bahasa Indonesia untuk karya ilmiah berbahasa Indonesia, dan judul buku (dalam teks maupun catatan kaki) untuk semua karya ilmiah.
4.      Pemakaian huruf tebal hanya pada penulisan setiap judul dari isi bagian awal dan bagian akhir, dan pada judul bab dan sub bab peringkat kedua pada bagian utama karya ilmiah.
5.      Jarak baris tulisan dalam naskah adalah 2 (dua) spasi, kecuali untuk kutipan (ketentuan dibahas tersendiri), catatan kaki, tabel, abstrak, keterangan gambar dan daftar pustaka diketik dengan jarak 1 (satu) spasi. Untuk naskah dengan huruf Arab ditulis dengan jarak 1 (satu) spasi, jarak antar paragraf 1,5 (satu setengah) spasi.
6.      Batas tepi atas dan kiri adalah 4 cm, sedangkan batas tepi bawah dan kanan adalah 3 cm.
7.      Setiap alinea baru diketik masuk 1,2 cm dari batas tepi kiri teks.

8.      Penulisan sub bab adalah­ sebagai berikut:
a.       Penulisan bab adalah ditempatkan di tengah memakai huruf besar semua dan tebal, penomorannya dengan angka Romawi (I, II, III, dst), tanpa tanda titik.
b.      Peringkat 2, penomoran dengan huruf besar (A, B, C, dst), titik, judul sub bab ditulis tebal dan memakai huruf besar pada setiap awal kata, tanpa tanda titik.
c.       Peringkat 3, penomoran dengan huruf angka Arab (1, 2, 3, dst), titik, judul sub bab ditulis tidak tebal dan huruf besar pada awal judul saja, tanpa tanda titik.
d.      Peringkat 4, penomoran dengan huruf kecil (a, b, c, dst), titik, judul sub bab ditulis tidak tebal dan huruf besar pada awal judul, tanpa tanda titik.
e.       Peringkat 5, penomoran dengan angka Arab (1, 2, 3, dst) dengan kurung tutup tanpa titik, judul sub bab ditulis tidak tebal dan huruf besar pada awal judul, tanpa tanda titik.
f.        Butir uraian atau contoh yang bersifat hirarkis ditulis dengan penomoran angka atau huruf kecil dalam kurung, sedang yang bersifat nonhirarkis ditulis dengan tanda hubung (-)
9.      Penomoran halaman ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Bagian awal (sebelum bab pertama) diberi nomor urut dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dst) dan diketik pada bagian tengah bawah. Untuk naskah berbahasa Arab penomorannya dengan huruf abjad/abjadun
b.      Bagian utama (Bab dan Daftar Pustaka) diberi nomor urut dengan menggunakan angka Arab (1, 2, 3, dst) dan diketik pada bagian kanan atas, kecuali halaman pertama setiap bab ditulis pada bagian tengah bawah.
c.       Tabel dan gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
d.      Lampiran-lampiran diberi nomor urut dengan angka Romawi besar (I, II, III, dst) dan diketik di bagian tengah bawah. Untuk naskah berbahasa Arab dengan huruf abjad/abjadun.
10.  Penulisan catatan kaki sebagai berikut:
a.       Catatan kaki ditulis di bawah teks dengan ukuran font 10 pt untuk Latin dan 16 pt untuk Arab.
b.      Penomoran catatan kaki adalah dengan angka Arab (1, 2, 3, dst) dan hitungan dimulai dari awal setiap bab.
8.1     Teknik Pengutipan atau Cara Merujuk
Secara garis besar ada dua cara pengutipan yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun bentuk lain yang dipublikasikan di majalah ilmiah, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung ialah kutipan yang diambil dari pendapat seseorang, para ahli, pakar, pengarang, dan sebagainya, secara langsung (apa adanya) baik mengenai kata maupun kalimatnya tanpa menambah dan mengurangi sedikitpun. Sumbernya bisa berupa teks maupun hasil wawancara.
Kutipan langsung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yakni kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang.
j.        Kutipan langsung pendek adalah kutipan langsung yang kurang dari lima baris. Cara penulisannya adalah dengan menggabungkannya dengan teks utama dan ditulis 2 (dua) spasi, di antara dua tanda kutip (“), kemudian diikuti dengan nomor footnote
Contoh:
Dalam hal belajar, Soebronto menjelaskan “ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar anak”.1
Seperti yang telah dituturkan oleh Bapak Maksum selaku kepala SMP Islam ketika diwawancarai oleh peneliti, “terus terang [muatan lokal materi keagamaan] tidak ada kaitannya dengan ketrampilan kerja, karena memang sejak awal anak-anak dipersiapkan untuk terjun di masyarakat bukan dipersiapkan untuk kerja.”8
k.      Kutipan  langsung panjang adalah kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih. Cara penulisannya adalah dipisah dari teks utama dengan jarak 2 (dua) spasi dari teks sebelum dan setelah kutipan, kutipan ditulis 1 (satu) spasi, masuk 1,2 cm dari batas kiri paragraf, cetak tegak, tanpa dimulai dan diakhiri dengan tanda petik (“), kemudian diikuti dengan nomor footnote.
Contoh:
Pengelolaan sekolah menurut Sallis, sebagaimana yang dikutip oleh Samani:
Sekolah seyogianya difahami sebagai unit layanan jasa pendidikan dan bukan sebagai kepanjangan birokrasi pemerintah. Sebagai unit layanan jasa, maka keberhasilan sekolah harus diukur dari “kepuasan” kliennya, yaitu siswa dan orang tua. Bahwa kepuasan klien berkorelasi dengan kualitas produk/layanan memang benar, tetapi mutu produk/layanan itu akan sangat relatif tergantung karakteristik klien. Klien dengan karakteristik berbeda akan memerlukan kualitas layanan yang berbeda pula.3
Farid, selaku pengurus OSIS, ketika dimintai tanggapan mengenai pelajaran agama yang dijadikan sebagai muatan lokal, mengatakan sebagai berikut:
Sebenarnya pada dasarnya kami senang dengan pelajaran agama, sebab di kampung kami kalau tidak bisa mengikuti kegiatan keagamaan menjadi asing dan terpencil dari pergaulan. Cuma kami merasakan pelajaran agama yang diajarkan itu belum pas dengan kebiasaan yang ada di kampung kami dan lagi cara mengajarnya, guru kurang menarik perhatian pada siswa.9
Untuk naskah berbahasa Arab, kutipan langsung dimasukkan dalam bodi teks, meskipun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi diberi tanda petik (“) di awal dan di akhir kutipan, kemudian diikuti dengan nomor footnotel


Catatan:
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dihilangkan, maka kata-kata yang dihilangkan tersebut diganti dengan 3 (tiga) titik.
Contoh:
Menurut Roziqi, “semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah … diharapkan tahun 2005/2006 nanti sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi secara menyeluruh.”4
Apabila yang dihilangkan adalah kalimat, maka kalimat yang dihilangkan tersebut diganti dengan 4 (empat) titik.
Contoh:
      Ricklefs mengatakan dalam bukunya, “Dapat dipastikan bahwa Islam sudah ada di Negara bahari Asia Tenggara sejak awal zaman Islam …. Setidaknya pada abad IX sudah ada ribuan pedagang muslim di Kanton. Kontak-kontak antara Cina dan dunia Islam itu terpelihara terutama lewat jalur laut melalui perairan Indonesia.4       
Kutipan tidak langsung ialah kutipan yang diambil penulis dari pendapat seseorang, para ahli, pakar, pengarang, dan sebagainya dengan hanya mengutip ide dasarnya, sehingga yang dimasukkan dalam teks tersebut adalah bahasa penulis sendiri. Kutipan tidak langsung, baik pendek maupun panjang, penulisannya dijadikan satu dengan bodi teks. Kutipan tidak langsung ini ditulis dengan menggunakan spasi ganda (2 spasi) dengan menyebutkan nama orang yang dikutip pada awal kutipan dan di akhir kutipan diberi nomor footnote.
Contoh:
Ada tiga sifat penting pendidikan yang saling terkait satu sama lain, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukmadinata, bahwa pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat dan pelaksanaan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.6
Menurut Suciati, suatu kegiatan instruksional di perguruan tinggi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah laku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pengajaran akan menjadi tidak jelas arahnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap taksonomi hasil belajar menjadi sangat penting bagi para dosen. Dengan pemahaman ini, dosen akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas mengenai tujuan mata kuliah yang diasuhnya, bahkan tujuan setiap materi atau pokok bahasan yang disampaikan setiap kali tatap muka.7 
8.2        Teknik Penulisan Catatan Kaki (footnote)
Catatan kaki (footnote) adalah teknik penulisan yang berfungsi untuk menandai identitas sumber data atau kutipan yang ditulis di bawah bodi teks. Selain itu, footnote juga dapat digunakan untuk memberikan keterangan tambahan tentang suatu subyek atau persoalan yang tidak mungkin dijelaskan dalam bodi teks namun masih sangat berkaitan dengan persoalan yang dibahas. Penjelasan seperti itu harus ditempatkan pada footnote, karena jika dituliskan dalam bodi teks akan mengganggu alur pembahasan.
Di samping catatan kaki, terdapat dua teknik penulisan lain, yaitu catatan akhir (endnote) catatan tengah (innote/meddlenote). Pada prinsipnya catatan kaki dan catatan akhir tidak berbeda, kecuali hanya pada letaknya. Catatan kaki terletak di bagian bawah bodi teks, sedangkan catatan akhir terletak pada bagian belakang. Catatan tengah (innote) adalah catatan yang diletakkan langsung di akhir tulisan (masuk dalam bodi teks). Dibandingkan dengan catatan akhir, catatan kaki lebih praktis, sebab pembaca bisa langsung mengetahui identitas sumber yang disebutkan dalam halaman yang sama dengan kutipan. Karena itu karya ilmiah cenderung lebih banyak menggunakan model catatan kaki dibandingkan dengan dua model yang lain.
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam menuliskan identitas sebuah buku yang dijadikan sebagai sumber rujukan adalah sebagai berikut; nama penulis harus ditulis seperti susunan nama aslinya (tidak mendahulukan nama akhir/last name) dan tidak menyebutkan gelar yang dimiliki, koma, judul buku yang ditulis dengan cetak miring, kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta: Erlangga, 1985), 60.
Jika rujukan terdiri dari beberapa jilid atau juz, maka setelah tanda kurung tutup diikuti koma, juz/jilid (ditulis dengan menggunakan angka Romawi besar), titik dua, halaman, titik.
Contoh:          
1al-Nawawi, al-Majmū’ Sharh al-Muhadhdhab (t.tp.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), V: 34.
3Jalal al-Dīn al-Suyūtī, al-Durr al-Mantsūr fi Tafsīr al-Ma’thūr  (Beirut: Dār al-Ma’rifah, 1965), V:89
Jika catatan kaki langsung mengikuti catatan kaki sebelumnya (tidak diselingi dengan catatan kaki dari sumber lain), maka ditulis kata Ibid (ditulis tegak), diikuti titik, koma, nomor halaman dan tanda titik jika nomor halamannya berbeda dengan kutipan sebelumnya. Jika nomor halaman sama dengan sebelumnya maka cukup ditulis Ibid diikuti tanda titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Ibid., 32.
3Ibid., 40.
Namun jika catatan kaki dari sumber yang sama tersebut diselingi dengan catatan kaki dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah nama akhir penulis (last name), koma, beberapa kata dari judul buku, titik, koma, nomor halaman buku dan titik.
Contoh:
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1983), 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta: Erlangga, 1985), 60.
3Montgomery Watt, Islamic Theology and Philosophy (Edinburg: Edinburg University Press, 1963), 67.
4Nakamura, The Crescent Arises., 46.
5Adji, Peradilan., 60.
Jika seorang penulis memiliki dua karya tulis atau lebih dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata idem. Titik koma ditulis untuk memisahkan antara kata idem dengan kata atau angka yang menjadi bagian dari identitas sumber sebelumnya.
Contoh:
1Howard M. Federspiel, The Persatuan Islam: Islamic Reform iin Twentieth Century Indonesia (Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project, 1970), 109; Idem, Popular Indonesia Literature of the Qur’an (Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project, 1994), 142.
2M. Yahya Harahap, Tujuan Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), 45; Idem, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), 89.
Catatan kaki untuk artikel sebuah jurnal ditulis sebagai berikut: nama penulis artikel, koma, tanda kutip buka, judul artikel (dicetak tegak), tanda kutip tutup, koma, nama jurnal (dicetak miring), nomor edisi jurnal, kurung buka, bulan (kalau ada) dan tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1George Makdisi, “The Hanbali School and Sufisme”, Humaniora Islamica, 2 (Januari, 1974), 61.
2Wael B. Hallaq, “A Tenth-Eleventh Century Treatise on Juridical Dialectic”, Muslim World, 77 (1987), 197-228.
Catatan kaki untuk artikel yang ditulis dalam sebuah buku ditulis sebagai berikut: nama penulis artikel, koma, tanda kutip buka, judul artikel (ditulis tegak), tanda kutip tutup, koma, teks “dalam”, judul buku (dicetak miring), koma, teks “ed.”, nama editor, kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik. Demikian juga catatan kaki dari ensiklopedi ditulis sama dengan artikel, dengan menghilangkan kata “dalam”.

Contoh:
1Abdus Subhan, “Social and Religious Reform Movementh in the 19th Century among the Muslims”, dalam Social and Religious Movementh, ed. S. P. Sen (Calcutta: Institute of Historical Studies, 1979), 485.
1A. J. Wensinck, “Kufr”, The First Encyclopaedia of Islam, ed. M. Th. Houstma, et. Al. (Leiden: E. J. Brill, 1987), VII: 234.
Jika catatan kaki dari artikel yang sama kemudian diselingi dengan catatan kaki dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah nama akhir penulis (last name), koma, tanda kutip buka, beberapa kata dari judul artikel, tanda kutip tutup, koma, nomor halaman buku dan titik. Demikian juga jika penulis memiliki dua karya tulis artikel atau lebih dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata idem.
Catatan kaki untuk karya terjemahan ditulis sebagai berikut: penulis buku asli, koma, judul (dalam bahasa terjemahan), koma, “terj”, titik, nama penerjemah, tanda kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, tahun terbitan, tanda kurung tutup, koma, halaman, titik.
Contoh:
1C. Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, terj. S. Gunawan (Jakarta: Bhatara Aksara, 1983), 45.
Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh dua orang, maka dua nama tersebut harus disebutkan semua. Namun jika jumlah penulis, editor atau penterjemahnya tiga orang atau lebih, maka hanya nama penulis, editor atau penterjemah pertama yang disebutkan diikuti dengan kata “et. al.” (artinya dengan orang lain)

Contoh:
1Fazlur Rahman, “Revival and Reform in Islam”, dalam The Cambridge History of Islam, ed. P.M. Holt, et. al. (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), Vol. 2, 632-638.
1Widjaja, et. al., Hukum tentang Perlindungan Konsumen (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 20.
Catatan kaki untuk tesis magister atau disertasi doktor yang tidak diterbitkan ditulis sebagai berikut: nama penulis tesis atau disertasi, koma, tanda kutip buka, judul tesis atau disertasi (ditulis tegak), tanda kutip tutup, kurung buka, kata “Tesis MA” atau “Disertasi Doktor”, koma, nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, koma, tahun penulisan tesis atau disertasi, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
1Bisri Afandi, “Shaikh Ahmad Al-Shurkati: His Role in Al-Irshad Movement” (Tesis MA, McGill University, Montreal, 1976), 34.
2Nurcholish Madjid, “Ibn Taymiyya on Kalam and Falsafah: A Problem of Reasons and Revelation in Islam” (Disertasi Doktor, Chicago University, Chicago, 1984), 45.
Jika unsur dalam identitas sumber data ada yang tidak jelas atau hilang, maka harus dicantumkan tanda kehilangannya, yaitu dengan menuliskan teks t.tp. (tanpa tempat penerbit), t.p. (tanpa [nama] penerbit), dan t.t. (tanpa [tahun] penerbitan). Jika salah satu unsur dalam identitas tersebut diragukan karena tidak ditulis dengan jelas maka diberi tanda “?” (tanda tanya).
Contoh:
1al-Nawāwī, al-Majmū’ Sharh al-Muhadhdhab, (t.tp.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), V: 34.
2H. A R. Gibb, Modern Trends in Islam (Chicago: t.p., 1947), 67.
3M. Hatta, “Politik Sintesa,” Aliran Islam (Februari, 194?), 45.
4S.D. Gotein, Studies in Islamic History and Institutions (Leiden: E.J. Brill, t.t.), 34.
Catatan kaki untuk ayat al-Qur’an ditulis sebagai berikut: teks “QS” (singkatan al-Qur’an Surat), titik, nama surat, tanda kurung buka, nomor surat, tanda kurung tutup, tanda titik dua, nomor ayat dan titik.
Contoh:
1QS. Al Baqarah (2): 34; Ali Imran (3): 4.
Catatan kaki untuk Hadits ditulis dengan cara menempatkan nomor catatan kaki pada akhir matan Hadits, tanpa menyebutkan periwayatnya (rawāhu), tetapi catatan kaki ditulis dengan menyebutkan nama penulis kitab (mukharrij, seperti al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, dll.), koma, judul kitab, kurung buka, kota penerbit, titik dua, penerbit, koma, tahun, kurung tutup, koma, jilid, titik dua, halaman, dan titik.
Contoh:
1Al-Bukhārī, Şahīh al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), II: 217.
Catatan kaki untuk internet/website ditulis sebagai berikut: nama penulis artikel (jika ada), koma, judul artikel di antara dua tanda kutip, koma, nama website (dicetak miring), koma, alamat website, koma, tanggal, bulan, dan tahun terbit (jika ada) dan tanggal akses.
Contoh:
1Kuntowijoyo, “Islamisasi Javaisme”, Republika on line, http://www.republika.co.id, 18 April 1998, diakses tanggal 2 Mei 1998.
2”Bila Istana Bersuasana Pesantren”, Republika on line, http://www.republika.co.id/9910/31/2934.htm, diakses tanggal 31 Oktober 1999.
Catatan kaki untuk hasil wawancara ditulis sebagai berikut: nama tokoh, koma, jabatan/kedudukan/pekerjaan, koma, tempat, koma, dan tanggal pelaksanaan wawancara.
Contoh:
1Budi Setiono, Staf KMI Pondok Pesantren Darul Ma’rifah, Kediri, 24 September 2002
Catatan kaki untuk hasil observasi ditulis sebagai berikut: teks “Observasi”, koma, lokasi atau tempat dilaksanakannya observasi, koma, tanggal pelaksanaan observasi, titik.
Contoh:
1Observasi, di kampus STAIN Kediri, 18 Juli 2007.
Catatan kaki untuk artikel yang ditulis dalam bentuk CD-ROM, ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel ditulis di antara dua tanda kutip, koma, judul CD yang ditulis miring, koma, “vol” (jika ada), kurung buka, “CD-ROM”, titik dua, judul CD, koma, “Digital”, koma, tahun, kurung tutup, koma, halaman, titik.
Contoh:
1Krashen, S., et. al., “Age, Rate and Eventual Attainment in Second Language Acquisition”, TESOL Quarterly, vol. 13 (CD-ROM:TESOL Quarterly, Digital, 1998), 573-82.
Catatan kaki untuk artikel yang dimuat dalam majalah atau koran ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel yang ditulis di antara dua tanda kutip, koma, nama majalah atau koran  ditulis miring, koma, tanggal, bulan, dan tahun (jika ada), nomor halaman dan titik. Jika nama penulis tidak ada maka catatan kaki ditulis tanpa menyebutkan nama penulis.
Contoh:
1Gardner, H., “Do Babies Sing a Universal Song?”, Psychology Today, 70-77.
2”Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri”, Jawa Pos, 22 April 2005, 6.
Catatan kaki untuk dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga, ditulis sebagai berikut; judul atau nama dokumen dicetak miring, koma, kota (tempat yang menjadi ibukota pemerintah pemilik dokumen), titik dua, penerbit, tahun terbit, dan titik.
Contoh:
1Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Armas Duta Jaya,2004.
Catatan kaki untuk dokumen suatu lembaga dan ditulis atas nama lembaga yang bersangkutan ditulis sebagai berikut; nama lembaga, koma, judul buku yang ditulis miring, kurung buka, tempat lembaga yang menerbitkan, titik dua, nama lembaga yang menerbitkan, koma, tahun penerbitan, kurung tutup dan titik.
Contoh:
1Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Catatan kaki untuk makalah yang disajikan dalam seminar, workshop, diklat, atau lokakarya ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul makalah ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “Makalah disajikan dalam”, forum tempat penyajian, koma, lembaga penyelenggara, koma, kota, koma, tanggal, bulan, tahun, dan titik.
Contoh:
1Lailun Nuzul, “Penulisan Laporan Penelitian”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar, STAIN, Kediri, 12 Agustus 2005.
Catatan kaki untuk email pribadi ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, kurung buka, alamat email pengirim, kurung tutup, koma, judul ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “Email kepada”, nama pemilik email yang dituju, kurung buka, alamat email tujuan, kurung tutup, koma, tanggal email, dan titik.
Contoh:
1Dali S. Naga, (ikip-jkt@indo.net.id), “Artikel untuk JIP”. Email kepada Ali Syaukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id), 1 Oktober 1997.
8.3        Teknik Penulisan  Daftar Pustaka
Daftar Pustaka atau Bibliography adalah daftar semua sumber yang dipakai sebagai rujukan dalam penulisan suatu karya ilmiah. Buku dan sumber yang tidak dijadikan sebagai rujukan tidak boleh dicantumkan dalam daftar pustaka.
Teknik penulisan sumber dalam daftar pustaka/bibliography hampir sama dengan penulisan catatan kaki, hanya ada sedikit perbedaan. Unsur-unsur yang ditulis adalah sebagai berikut:
Pertama, pengarang atau penulis sumber rujukan. Penulisannya sebagai berikut: menuliskan nama akhir (last name) dan diberi tanda koma, kemudian diikuti nama awal lengkap (first name), selanjutnya nama penulis kedua dan seterusnya (bila ada) dan diakhiri dengan titik.
Kedua, judul buku. Penulisannya sebagai berikut: judul buku dicetak miring dan diikuti dengan tanda titik.
Ketiga, nama kota tempat sumber/buku diterbitkan, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Penulisannya sebagai berikut: nama kota, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, titik.

Contoh:
Hamalik, Oemar. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1980.
Jika seseorang penulis mempunyai beberapa sumber yang dicantumkan dalam bibliography, maka nama penulisnya hanya dicantumkan pada sumber pertama saja. Sedangkan pada sumber kedua dan seterusnya nama tersebut diganti dengan tanda sambung sebanyak 9 kali (---------), kemudian diikuti dengan titik.
Contoh:
Hamalik, Oemar. Pengajaran Unit Studi Kurikulum dan Metodologi. Bandung: Alumni, 1982.
---------. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, Bandung: Mandar Maju, 1992.
Jika penulisan sumber lebih dari satu baris, maka baris kedua dan seterusnya ditulis masuk 1,2 cm dari margin kiri dengan jarak satu spasi.
Contoh:
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988.
Jika sumber ditulis oleh dua orang penulis, maka nama penulis pertama ditulis dengan cara dibalik seperti di atas dan nama penulis kedua ditulis lengkap sesuai dengan nama aslinya.
Contoh:
Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Jika sumber ditulis oleh tiga orang penulis atau lebih, maka penulisannya dengan menyebutkan nama penulis pertama dan diikuti teks “et. al.”.

Contoh:
Slamet et. al. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Jakarta: Depdiknas, 2001.
Jika sumber rujukan dalam bentuk artikel, baik yang berasal dari jurnal maupun buku dan sebagainya, maka judul artikel tetap ditulis tegak di dalam tanda petik (“…”), sedangkan nama jurnal ditulis miring. Edisi serta halaman artikel harus dicantumkan dari halaman pertama sampai terakhir dan sebelumnya diberi tanda titik dua.
Contoh:
Subandijah. “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah Dasar se-Jawa Tengah”. Kependidikan, (1992), XXII: 30-39.
Jika sumber rujukan berupa artikel dalam koran atau majalah, maka dengan menuliskan nama penulis, titik, judul artikel ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, nama majalah atau koran ditulis miring, koma, diikuti oleh tanggal, bulan dan tahun, kemudian diakhiri dengan nomor halaman.
Contoh:
Johan. “Menyiasati Krisis Listrik di Indonesia”. Jawa Pos, 20 Agustus 2005, 3.
Jika sumber rujukan berupa artikel tanpa penulis, maka ditulis judul artikel di antara dua tanda kutip, titik, nama koran ditulis miring, koma, diikuti tanggal, bulan, tahun, dan halaman.
Contoh:
“Peran Wanita dalam Merebut Kemerdekaan”. Jawa Pos, 20 Agustus 2005, 3.
Jika sumber rujukan berupa artikel dalam CD-ROM, penulisannya sama dengan rujukan yang berasal dari artikel dalam jurnal atau majalah hanya saja ditambah dengan penulisan “CD-ROM” dalam kurung.
Contoh:
Hanafi. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”. Forum Penelitian, (CD-ROM: Forum Penelitian Digital, 2002). 34-37
Jika sumber rujukan berupa karya terjemahan, penulisannya sebagai berikut: nama penulis asli, titik, judul terjemahan dicetak miring, titik, teks “Terj.”, nama penerjemah, titik, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit terjemahan dan diakhiri dengan tahun penerbitan terjemahan.
Contoh:
Hurgronje, C. Snouck. Islam di Hindia Belanda., Terj. S. Gunawan. Jakarta: Bhatara Aksara, 1983.
Jika sumber rujukan berasal dari skripsi, tesis atau disertasi, penulisannya sebagai berikut: nama penulis, titik, judul skripsi ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “disertasi”, “tesis” atau “skripsi”, diikuti teks “tidak diterbitkan”, titik, nama kota tempat perguruan tinggi, titik dua, nama fakultas dan nama perguruan tinggai, koma, tahun, dan titik.
Contoh:
Santoso, Budi. “Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa Asing di LPTK”. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Keguruan Universitas Negeri Malang, 2004.
Jika sumber rujukan berupa makalah yang disajikan dalam seminar, workshop, diklat, atau lokakarya, penulisannya sebagai berikut: nama penulis, titik, judul makalah ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, teks “Makalah disajikan dalam” diikuti nama pertemuan, koma, lembaga penyelenggara, titik, tempat penyelenggaraan, koma, tanggal, bulan dan tahun penyelenggaraan.
Contoh:
Abdullah. “Penulisan Karya Ilmiah dalam Jurnal”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen STAIN Kediri, P3M STAIN Kediri. Kediri, 12 Juli 2005.
Jika sumber rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan tanpa lembaga, penulisan sebagai berikut: judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring, titik, diikuti kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, dan titik.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Thoha Putra, 2004.
Jika sumber rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, penulisannya sebagai berikut: nama lembaga penanggungjawab, titik, judul karangan yang dicetak miring, titik, tempat penerbitan, titik dua, nama lembaga yang bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut, koma, tahun penerbitan.
Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Jika sumber rujukan berasal dari internet, penulisannya sebagai berikut: nama penulis, titik, judul ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), koma, volume, koma, nomor, koma, tahun, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Khumaidi.”Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya”. Jurnal Ilmu Pendidikan (online), jilid 5, No.6, 2002, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 September 2002).
Catatan:
Penulisan daftar pustaka/bibliography berurutan sesuai abjad. Apabila huruf pertama sama, maka harus dilihat huruf kedua. Bila huruf kedua sama, maka harus dilihat huruf ketiga, begitu seterusnya.[11]






[1] Abdul Wahab dan Lies Amin Lestari. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga Universitas Press, 1999. h. 3
[2] Sabarti A. dkk. h. 212
[3] E. Kosasih. h. 29
[4] Pranowo dkk. Teknik Menulis Makalah Seminar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. h. 9.
[5] Sabarti Akhadiyah dkk. h. 216
[6] E. Kosasih. h. 30.
[7] Pranowo dkk. h. 9.
[8] E. Kosasih. h. 30-31.
[9] Sabarti Akhadiyah. h.222
[10] Minto Rahayu. h. 27
[11] Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Kediri: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2009. h. 23-45. Disosialisasikan kepada mahasiswa untuk pembelajaran dan digunakan untuk teknik penulisan karya ilmiah ragam bahasa selingkung STAIN kediri.

0 komentar:

Posting Komentar