MAKALAH
Sejarah
Peradaban Islam di Spanyol (Andalusia) dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans di
Eropa
Disusun untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
“sejarah
peradaban islam”
Dosen
Pengampu:
Tasmin,
MA
NIP:
19720615 200003 1 004
Disusun oleh:
*******************
Nim: 9033*****
JURUSAN USHULUDDIN PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
(STAIN) KEDIRI
2012
Sejarah
Peradaban Islam di Spanyol (Andalusia) dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans di
Eropa
BAB
I
PENDAHULUAN
Setelah berakhirnya
periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa
bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam
bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam
dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa
dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa
banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa sangat
penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen
banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru”
bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan.
BAB II
PEMBAHASAN
“ISLAM DI SPANYOL
(ANDALUSIA) DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RENAISANS[1]
DI EROPA”
A. Masuknya
Islam Ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada
tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam
dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika
negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab
menyebutnya Andalusia.[2]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi
dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi
di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat
Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa
Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair.
Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan
penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama
kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah
memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan
Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa
memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis
dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua
Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak
sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi
dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai
penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.
Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa
ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam
pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti
Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[3] Kebudayaan islam memasuki
Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini karena kaum
muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad lamanya. Pada masa
itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya.
Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat diberbagai
pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.[4]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq
ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari
penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M
ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan
bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dari adanya faktor eksternal dan internal.
Faktor
eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam,
kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang
menyedihkan.[5] Begitu juga dengan adanya perebutan
kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang
menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka.[6] Kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal
kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang.
Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan
persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor
internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B.
Perkembangan Islam Di Spanyol
1)
Periode
Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada
di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang
terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari
dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan
di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di
samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan
gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu,
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu
yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya
terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis,
terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab
sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang
tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang
mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode
ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
138 H/755 M.
2)
Periode Kedua
(755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada
di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur)
tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke
Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil,
Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman,
Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol
mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang
peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu
dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di
Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang
cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman
Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).
Gangguan politik yang paling
serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di
Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80
tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi.
Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun
dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu,
perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering
terjadi.[8]
Namun ada yang berpendapat pada
periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke
Khalifahan (912-1013).[9]
3) Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
“raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada
periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah,
penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya,
keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada
dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk
memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama
150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam
Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat
Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas
Cordova.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan
Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu
Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu.
4)
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti
Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian
intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak
yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama
kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke
istana lain.
5)
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam
meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang
dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti
Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh
Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan
Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar
di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun
menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika
Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.[10]
6)
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini yaitu antara tahun
(1232-1492) ketika umat islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah
kuasa dinasti bani Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf
bergelar Al-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.[11]
Periode ini, Islam hanya berkuasa
di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam
yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas
kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand
dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan
Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan
itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di
Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada
Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.
Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
C. Kemajuan Peradaban
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negara yang subur. Masyarakat
Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika
Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria
yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan
tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik
di Spanyol.
a) Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran
budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai
jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa
pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan
Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli
Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia
lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.[12] Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun.[13]
b)
Sains
Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia
dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu.
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya.
Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam
bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan
al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah
Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan
Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai
dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih Dalam bidang fikih,
Spanyol
dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana
adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn
Yahya yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih
lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.[14]
Sedillot berkata, “Mazhab Maliki itulah yang
secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab
Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan Dr. Peron untuk
menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq bin Ya’qub
(w. 1422 M).[15]
d)Musik dan
Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol
Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki
Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu
yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita,
dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e) Bahasa dan
Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam
bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn
Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali
al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang memperkenalkan pengaturan
hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air
waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan
memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria).
Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun,
mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan
oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin
tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang
memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh
penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi
Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran
Konflik Islam dengan Kristen Tidak
adanya Ideologi Pemersatu Kesulitan Ekonomi Tidak Jelasnya Sistem
Peralihan Kekuasaan Keterpencilan.[16]
Namun ada faktor lain yang menyebabkan kemunduran
kebudayaan islam yaitu: Kelemahan dibidang politik Munculnya
orang-orang Moghul Munculnya unsur Turki Ditemukannya Mesiu.[17]
D. Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam Di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama
bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik,
sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa
menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh
meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran
dan sains di samping bangunan fisik.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di
Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad
ke-17 M.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa
yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan
kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri
Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula
di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17
M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
BAB
III
KESIMPULAN
Islam pertama kali
masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Wilayah
Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua Eropa,
masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan
Musa bin Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan
Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M). Spanyol diduduki umat islam pada
zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah
yang berpusat di Damaskus.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode
yaitu: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga
(912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M),
dan Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh
kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih,
musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan
pembangunan fisik.
Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol
Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan
umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd
al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin
tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang
memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh
penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol
antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu,
kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam
Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta : 1993.
Dr. Yatim Badri, M.A, Sejarah Peradaban
Islam, PT: Gravindo Persada : 2003.
Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam, Logos Wacana Ilmu Jakarta 1996.
Majid Mun’im Abdul, Sejarah Kebudayaan
Islam, Pustaka : 1997.
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam
Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
Prof. Dr. Hj. Sunanto Musyrifah, Sejarah
Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media: 2003.
|
[1] masa peralihan dr abad pertengahan ke abad modern di Eropa (abad
ke-14—ke-17) yg ditandai oleh perhatian kembali kpd kesusastraan klasik,
berkembangnya kesenian dan kesusastraan baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan
modern
[2] Perpustakaan Nasional :
Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
[3]Dr, Badri Yatim,
M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003,
hlm. 89.
[6] Katalog Dalam
Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam, Logos
Wacana Ilmu Jakarta 1996
[13] Dr. Mustafa As-Siba’i,Peradaban
Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta : 1993, hlm 49.
[15] Dr.Mustafa
As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta
: 1993, hlm 55
[17] bahan kimia yg mudah meledak, biasanya berupa bubuk, dipakai untuk
mengisi peluru;/peluru senjata api