MENJADI SEBUAH BANGSA YANG BESAR
Oleh: Nur Arqom Eka Fatria
Bangsa ini adalah sebuah bangsa
besar, namun sayangnya namanya belum
sebesar yang diharapkan.
Masih banyak kekurangan
di berbagai tempat. Bahkan jati diri bangsa pun mulai hilang. Padahal
bangsa-bangsa besar yang
ada saat ini
tumbuh dengan jati
dirinya.
Orang bilang Amerika dan
Eropa adalah bangsa
yang besar. Bangsa yang
giat bekerja keras
membangun bangsanya. Apa
yang menyebabkan mereka bisa
menjadi bangsa yang
besar? Pikirku kebesaran mereka
adalah karena kesendirian
masyarakatnya.
Masyarakat yang individualis dan
kurang dekat dengan orang lain.
Sehingga mereka harus
bekerja keras agar
bisa mandiri dan menciptakan keamanan bagi diri mereka
sendiri. Mereka bekerja untuk
membuktikan bahwa diri
mereka mampu. Mereka
bekerja untuk membuktikan kepada
orang lain bahwa
mereka mampu dan hebat.
Seperti itulah mereka.
Begitu pula
Jepang, mereka bangsa
yang besar. Mereka
mampu bangkit dan berkembang
dengan pesat. Apa
yang menyebabkan mereka menjadi
bangsa yang besar?
Pikirku kehormatan adalah semangat utama
mereka. Jepang dengan power
distance yang tinggi
dan pengaruh atasan yang
kuat mampu memanfaatkan
kondisi tersebut untuk membangun bangsa
mereka. Rakyat mereka
mengabdi penuh kepada atasan
mereka. Kerja keras
mereka adalah demi
harga dirimereka di masyarakat.
Kehormatan dan semangat
mengabdi menjadi kunci utama
kesuksesan mereka.
Bagaimana dengan China? Mereka
juga bangsa yang besar dengan jumlah
penduduknya. Kini mereka mulai
merangsek menjadi negara super
power. Apa yang
membuat mereka menjadi
bangsa yang besar? Pikirku
adalah disiplin dan
kerja keras. Disiplin dan
kerja keras yang
ditanamkan sejak mereka
kecil. Bukan untuk sebuah pengabdian ataupun pembuktian diri,
tetapi karena kebiasaan yang telah
tertanam sejak kecil. Semangat kerja keras dan
berbisnis yang mulai
ditanamkan dari lingkungan
keluarga. Kepatuhan dan hukum
yang keras sebagai
bentuk disiplin agar bangsa
yang besar tersebut
tetap terarah. Disiplin
yang ditanamkan dengan kuat,
itulah kunci kesuksesan
mereka.
Lalu apa yang harus kita tanamkan
pada bangsa kita? Kita pernah mencoba
menanamkan disiplin dan aturan yang
ketat seperti China. Namun
seiring berjalannya waktu
gerakan anti penguasa
makin menguat. Disiplin dalam
keluarga dianggap sebagai
bentuk kekerasan yang melanggar
hak anak.
Kita memiliki
power distance yang
tinggi seperti Jepang,
namun dalam masyarakat kita
yang tertinggi bukanlah
pemimpin melainkan ketua atau
orang yang dituakan.
Orang yang dimintai
kebijaksanaan untuk
masyarakat, bukan orang
yang mengatur dan
menyuruh rakyatnya. Orang yang
menjadi penengah dan
bukan pucuk pimpinanKita mencoba
menanamkan kemandirian dan
kesendirian seperti Amerika dan
Eropa. Namun ini
bertentangan dengan budaya
kolektivisme yang telah lama tertanam
jauh sebelum kita mengenal Amerika.
Alih-alih kerja keras
yang kita tiru
malahan budaya konsumerisme mereka
yang kita tiru.
Gejolak sosial
pun kiat menguat seiring perubahan
yang terjadi dari
kolektivisme menjadi
individualisme. Bukan membangun,
justru turut memperkeruh keadaan.Mari kita renungkan
kembali jati diri
bangsa ini. Kita punya budaya kita sendiri, kita punya cara hidup
kita sendiri, kita punya potensi kita
sendiri, mengapa harus
menggunakan cara orang
lain? Kita cari jati diri kita dan kita manfaatkan potensi
yang ada agar kita bisa menjadi
bangsa yang besar.
Jayapura,
21 Januari 2013
0 komentar:
Posting Komentar