Selasa, 28 Oktober 2014

MENJADI SEBUAH BANGSA YANG BESAR

MENJADI SEBUAH BANGSA YANG BESAR
Oleh: Nur Arqom Eka Fatria

Bangsa ini adalah sebuah bangsa besar, namun sayangnya namanya belum  sebesar  yang  diharapkan.  Masih  banyak  kekurangan  di berbagai tempat. Bahkan jati diri bangsa pun mulai hilang. Padahal bangsa-bangsa  besar  yang  ada  saat  ini  tumbuh  dengan  jati  dirinya.
Orang bilang  Amerika dan  Eropa  adalah  bangsa  yang  besar.  Bangsa yang  giat  bekerja  keras  membangun  bangsanya.  Apa  yang menyebabkan  mereka  bisa  menjadi  bangsa  yang  besar?  Pikirku kebesaran  mereka  adalah  karena  kesendirian  masyarakatnya.
Masyarakat yang individualis dan kurang dekat dengan orang lain.  Sehingga  mereka  harus  bekerja  keras  agar  bisa  mandiri  dan menciptakan keamanan bagi diri mereka sendiri. Mereka bekerja untuk  membuktikan  bahwa  diri  mereka  mampu.  Mereka  bekerja untuk  membuktikan  kepada  orang  lain  bahwa  mereka  mampu  dan hebat.  Seperti  itulah  mereka.
Begitu  pula  Jepang,  mereka  bangsa  yang  besar.  Mereka  mampu bangkit  dan  berkembang  dengan  pesat.  Apa  yang  menyebabkan mereka  menjadi  bangsa  yang  besar?  Pikirku  kehormatan  adalah semangat  utama  mereka. Jepang  dengan  power  distance  yang  tinggi  dan  pengaruh  atasan yang  kuat  mampu  memanfaatkan  kondisi  tersebut  untuk membangun  bangsa  mereka.  Rakyat  mereka  mengabdi  penuh kepada  atasan  mereka.  Kerja  keras  mereka  adalah  demi  harga dirimereka  di  masyarakat.  Kehormatan  dan  semangat  mengabdi menjadi  kunci  utama  kesuksesan  mereka.
Bagaimana dengan China? Mereka juga bangsa yang besar dengan jumlah  penduduknya.  Kini mereka mulai merangsek menjadi negara super  power.  Apa  yang  membuat  mereka  menjadi  bangsa  yang besar?  Pikirku  adalah  disiplin  dan  kerja  keras. Disiplin  dan  kerja  keras  yang  ditanamkan  sejak  mereka  kecil.  Bukan untuk sebuah  pengabdian ataupun pembuktian diri, tetapi  karena kebiasaan yang telah tertanam sejak kecil. Semangat kerja keras dan  berbisnis  yang  mulai  ditanamkan  dari  lingkungan  keluarga. Kepatuhan  dan  hukum  yang  keras  sebagai  bentuk  disiplin  agar bangsa  yang  besar  tersebut  tetap  terarah.  Disiplin  yang ditanamkan  dengan  kuat,  itulah  kunci  kesuksesan  mereka.
Lalu apa yang harus kita tanamkan pada bangsa kita? Kita pernah mencoba  menanamkan  disiplin  dan  aturan  yang  ketat  seperti  China. Namun  seiring  berjalannya  waktu  gerakan  anti  penguasa  makin menguat.  Disiplin  dalam  keluarga  dianggap  sebagai  bentuk kekerasan  yang  melanggar  hak  anak.
Kita  memiliki  power  distance  yang  tinggi  seperti  Jepang,  namun dalam  masyarakat  kita  yang  tertinggi  bukanlah  pemimpin  melainkan ketua  atau  orang  yang  dituakan.  Orang  yang  dimintai  kebijaksanaan untuk  masyarakat,  bukan  orang  yang  mengatur  dan  menyuruh rakyatnya.  Orang  yang  menjadi  penengah  dan  bukan  pucuk pimpinanKita  mencoba  menanamkan  kemandirian  dan  kesendirian seperti  Amerika  dan  Eropa.  Namun  ini  bertentangan  dengan budaya kolektivisme yang telah lama  tertanam jauh  sebelum kita mengenal  Amerika.  Alih-alih  kerja  keras  yang  kita  tiru  malahan budaya  konsumerisme  mereka  yang  kita  tiru. 
Gejolak  sosial  pun  kiat menguat seiring  perubahan  yang  terjadi  dari  kolektivisme  menjadi individualisme.  Bukan  membangun,  justru  turut  memperkeruh keadaan.Mari kita  renungkan  kembali  jati  diri  bangsa  ini. Kita punya  budaya kita sendiri, kita punya cara hidup kita sendiri, kita punya potensi kita  sendiri,  mengapa  harus  menggunakan  cara  orang  lain?  Kita  cari jati diri kita dan kita manfaatkan potensi yang ada agar kita bisa menjadi  bangsa  yang  besar.
                                                                Jayapura, 21 Januari 2013


0 komentar:

Posting Komentar