AMMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah
“HADIST”
Dosen Pengampu:
ABDULLAH AFFANDI M.S.I
Disusun oleh:
NUR ARQOM EKA FATRIA
(932210810)
JURUSAN TARBIYAH PRODI
TADRIST BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Makalah
Hadist tentang “AMMAR MA’RUF NAHI MUNKAR” ini saya susun untuk memenuhi
tugas individu dari Bapak Abdullah Affandi M.S.I.
Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada
kesempatan ini, dengan tulis ikhlas saya menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orangtua saya, Bapak dosen dan teman-teman yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil
untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Saya
selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi para
pembaca. Amin.
Kediri,
19 maret 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai umat Islam, kita tentu mengetahui dengan baik bahwa Allah
SWT telah menetapkan bagaimana berlaku baik yang sesuai dengan syaria’at Islam
dan menghindari perbuatan buruk/keji. Ini semua juga tidak terlepas dari
Al-qur’an dan Hadist.
Tentunya ini semua sangatlah penting untuk dikaji lebih dalam lagi.
Karena ini berhubungan langsung tentang bagaimana berperilaku baik dan buruk.
Jika dikaitkan dengan perilaku kita sehari-hari sangatlah erat, karena harga diri
seseorang itu bisa dilihat dari akhlaqnya. Namun ini semua tidak bisa di ukur
dari segi itu saja, perlu banyak lagi analisis terhadap itu semua. Diharapkan
dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
B. Rumusan Masalah
A.
Apa pengertian
Ammar Ma’ruf Nahi Munkar ?
B.
Bagaimana
menegakkan Ammar Ma’ruf dan memerangi kemunkaran?
C.
Dasar
Ammar ma’ruf nahi munkar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ammar Ma’ruf Nahi Munkar
Pengertian Ammar ma’ruf nahi munkar yaitu perintah kepada kebaikan,
larangang dari kemungkaran. Ada banyak pendapat yang bersumber dari Al-qur’an
dan hadist mengenai pengertian ammar ma’ruf nahi munkar :
Abu Hurairah r.a.
berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang dimaksud): "Anjurkan
lah kebaikan itu meskipun kamu belum dapat mengerjakannya dan cegahlah segala
yang mungkar meskipun kamu belum menghentikannya."
Ali bin Abi Thalib
r.a. berkata: "Seutama-utama amal ialah amar ma'ruf dan nahi mungkar
(menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan), dan membenci orang yag fasiq
(melanggar hukum). Maka siapa yang menganjurkan kebaikan bererti memperkuat orang mukmin dan
siapa mencegah mungkar bererti menghina orang munafiq.
Said meriwayatkan dari
Qatadah berkata: "Ada seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. ketika
diMekah lalu bertanya: "Benarkah engkau mengaku sebagai utusan Allah
s.w.t.?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. : "Ya" Lalu bertanya:
"Amal apakah yang lebih disukai Allah s.w.t?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.:
"Menghubungi keluarga." Tanyanya lagi: "Kemudian apakah?"
Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Menganjurkan kebaikan dan mencegah
mungkar." Lalu ditanya lagi: "Amal apakah yang sangat dimurkai Allah
s.w.t.?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. " Syirik, mempersekutukan Allah
s.w.t." "Kemudian apakah?" tanyanya lagi. Nabi Muhammad s.a.w.
menjawab: "Memutuskan hubungan kekeluargaan." "Kemudian
apakah?" tanyanya lagi. Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Meninggalkan
amar ma'ruf dan nahi mungkar (tidak suka menganjurkan kebaikan dan mencegah
mungkar)."[1]
عَنْ أَبِي سَعِيْد
الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه
وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
اْلإِيْمَانِ
[رواه
مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu
berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya
dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
(Riwayat Muslim)
متيدتها اذإ
لض نم
مكرضي ل
مكسفنأ مكيلع
اونمآ نيذلا
اهيأ اي
"Wahai
orang-orang yang beriman
perhatikanlah dirimu, orang
yang sesat tidak
akan membahayakanmu jika kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Maa'idah:
105).[2]
B. Menegakkan
Ammar Ma’ruf Nahi Munkar
Ammar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan karakter seorang yang beriman,
dan dalam mengingkari kemungkaran tersebut ada tiga tingkatan:
1. Mengingkari dengan
tangan. Tingkatan pertama dan kedua wajib bagi setiap orang yang mampu
melakukannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits di atas, dalam hal ini
seseorang apabila melihat suatu kemungkaran maka ia wajib mengubahnya dengan
tangan jika ia mampu melakukannya, seperti seorang penguasa terhadap
bawahannya, kepala keluarga terhadap istri, anak dan keluarganya, dan
mengingkari dengan tangan bukan berarti dengan senjata.
2. Mengingkari dengan
lisan. Adapun
dengan lisan seperti memberikan nasihat yang merupakan hak di antara sesama
muslim dan sebagai realisasi dari amar ma'ruf dan nahi mungkar itu sendiri,
dengan menggunakan tulisan yang mengajak kepada kebenaran dan membantah
syubuhat (kerancuan) dan segala bentuk kebatilan.
3. Mengingkari dengan
hati. Adapun tingkatan terakhir (mengingkari dengan hati) artinya adalah
membenci kemungkaran-kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak
gugur atas setiap individu dalam setiapsituasi dan kondisi, oleh karena itu
barang siapa yang tidak mengingkari dengan hatinya maka iaakan binasa.
Seorang yang akan menjalankan amar
maruf dan nahi mungkar harus melengkapi lima syarat iaitu:
1.
Berilmu, sebab orang yang bodoh tidak
mengerti maruf dan mungkar
2.
Ikhlas kerana Allah s.w.t. dan kerana agama
Allah s.w.t.
3.
Kasih sayang kepada yang dinasihati, dengan
lunak dan ramah tamah dan jangan menggunakan kekerasan sebab Allah s.w.t. telah
berpesan keppada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. supaya berlaku lunak kepada
Fir'aun
4.
Sabar dan tenang, sebab Allah s.w.t.
berfirman yang berbunyi: "Wa'mur bil ma'rufi wanha anilmunkar wash bir
ala maa ashabaka." Yang bermaksud: "Anjurkan kebaikan dan
cegahlah yang mungkar dan sabarlah terhadap segala penderitaanmu."
5.
Harus mengerjakan apa-apa yang dianjurkan
supaya tidak dicemuh orang atas perbuatannya sendiri sehingga tidak termasuk
pada ayat yang berbunyi: "Ata'murunannasa bil-birri watansauna
anfusakum." Yang bermaksud: "Apakah kamu menganjurkan kebaikan
kepada orang lain tetapi melupakan dirimu sendiri."[3]
C. Dasar
Hukum Ammar Ma’ruf Nahi Munkar
Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-tahrim 6)
متيدتها اذإ لض نم مكرضي ل مكسفنأ مكيلع اونمآ
نيذلا اهيأ اي
"Wahai
orang-orang yang beriman
perhatikanlah dirimu, orang
yang sesat tidak
akan membahayakanmu jika kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Maa'idah:
105).
Said meriwayatkan dari
Qatadah berkata: "Ada seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. ketika
diMekah lalu bertanya: "Benarkah engkau mengaku sebagai utusan Allah s.w.t.?"
Jawab Nabi Muhammad s.a.w. : "Ya" Lalu bertanya: "Amal apakah
yang lebih disukai Allah s.w.t?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.:
"Menghubungi keluarga." Tanyanya lagi: "Kemudian apakah?"
Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar."
Lalu ditanya lagi: "Amal apakah yang sangat dimurkai Allah s.w.t.?"
Jawab Nabi Muhammad s.a.w. " Syirik, mempersekutukan Allah s.w.t."
"Kemudian apakah?" tanyanya lagi. Nabi Muhammad s.a.w. menjawab:
"Memutuskan hubungan kekeluargaan." "Kemudian apakah?"
tanyanya lagi. Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Meninggalkan amar ma'ruf dan
nahi mungkar (tidak suka menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar)."[4]
Sufyan Atstsauri
berkata: "Jika kau melihat orang yang pandai quran itu disayangi
oleh tetangganya dan dipuji oleh kawan-kawannya, maka ketahuilah bahawa ini
suka mengambil hati (yakni tidak tegas amar ma'ruf dan nahi mungkar)."
Abul-Laits
meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir r.a. berkata: "Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Tidak terjadi pada suatu kaum seorang yang
berbuat durhaka, sedang mereka dapat menghentikannya tetapi mereka tidak
mencegahnya melainkan Allah s.w.t. akan meratakan mereka siksaanNya sebelum
mati mereka."[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa agama Islam mewajibkan kita untuk berbuat
baik dan melarang berbuat kemungkaran dibumi ini, dengan demikian, jelaslah
bahwa mengajak kepada diri sendiri untuk melakukan kebaikan adalah sangat utam
, dan merupakan salah satu kunci kesuksesan berdakwah. Apalagi jika ia pun
mengajak kepada orang lain dan orang tersebut melakukannya. Perbuatan yang
harus di hindari adalah melakukan kejelekan dan merugikan orang lain atau
mengajak orang lain melakukan kejelekan tersebut .
Tapi
nampaknya rambu-rambu dari ammar ma’ruf nahi munkar ini belum sepenuhnya
difahami oleh sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati
mereka dengan baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita
masing-masing.
Semoga
Allah senantiasa membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan
perbuatan yang tidak terpuji. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Nur IhsanMadinah An-Nabawiyah18/4/ 1426 H. / 26 May 2005 M, (Mahasiswa S3
Universitas Islam Madinah, KSA)
0 komentar:
Posting Komentar